Monday, May 9, 2016

Tragedi Di Airport



Wajarlah dan wajib serta harus banget, kalau bandara itu di jaga ketat oleh pihak keamanan. Menurut pandangan gue, bandara merupakan salah satu tempat yang paling berbahaya, karena merupakan salah satu lokasi di mana orang asing, baik dalam maupun luar pergi dan datang.

Kadang, gue ngerasa aja, ketika datang ke bandara, gue bertemu dengan seseorang yang di lihat dari penampilannya sangat mencurigakan. Contohnya, ketika SMP, gue berada di Bandara Juanda, di Sidoardjo, Jawa Timur. Gue berpapasan dengan seorang pemuda, memakai jaket hitam, dengan memakai kacamata hitam, serta berwajah sangar, dan tubuh penuh tato dan gue sempat berpikir kalau pemuda tersebut merupakan teroris atau orang yang berbahaya. Gue langsung bilang ke Bokap, “Pa, itu ada orang yang berbahaya tuh” “itu satpam, Hariyo” kata Bokap dengan perasaan pengen bilang ke gue, “Anak kampret.” Tapi gue gak bisa membayangkan seorang satpam dengan kegantengannya memakai kacamata hitam, jaket hitam, warna kulit hitam dan kalau ada di ruangan gelap, berbahaya juga. Berarti dia orang berbahaya (siapa yang ajarin ajaran sesat itu?).

Kejadian selanjutnya adalah ketika di tahan oleh petugas. Saat itu hari minggu dan gue pergi menjemput Nenek gue yang baru datang dari Jakarta. Gue datang menuju bandara Kualanamu pada jam 12 siang. Kebetulan gue memakai kemeja biru, celana panjang hitam, dan sandal, serta memakai flatcap. Sesampai di sana, Nyokap menyuruh gue untuk mencari Nenek karena takut Nenek gue kesasar karena di lihat dari usia beliau yang sudah cukup tua. Wajar juga Nyokap gue buru-buru nyuruh gue untuk cari Nenek gue, kalau Nenek gue salah jalan gimana? Nenek gue mau masuk toilet, tapi malah masuk toilet pria, kan bahaya kalau misalkan gue lagi buang air juga,  Nenek gue malah ikutan buang air (cucu macam apa gue).

Gue beranjak menuju ke pintu kematangan, maksudnya pintu kedatang dalam negeri. Saat gue masuk, tiba-tiba ada 2 petugas yang menahan gue dengan berkata, “Maaf Pak, tidak boleh masuk kesini, silahkan lewat dari atas” “Tapi biasanya kan lewat sini, Pak” kata gue membantah. Akhirnya, setelah berdebat panjang, gue pun naik menuju eskalator bandara. Saat gue naik, gue memikirkan satu hal yang menjadi fakta ataupun mitos.

FAKTA = Gue di curigai sebagai orang yang berbahaya, dengan penampilan gue yang patut di curigakan, mungkin ini penyebab gue gak boleh masuk secara sembarangan.

MITOS =  Gue di panggil “Bapak” padahal usia gue masih 16 tahun (anggap aja ini FAKTA bagi kalian yang membaca).

Hal itu belum membuat gue merasa puas. Saat gue naik, untuk masuk kedalam, gue harus turun lagi untuk menuju pintu kedatangan. Saat gue turun, gue berusaha mencari Nenek gue. Namun, saat mendengar dari tempat informasi kedatangan, Nenek gue belum landing (mungkin Nenek gue masih terbang bareng burung-burung di rumah gue yang sering kabur).

Sambil menunggu kedatangan Nenek gue atau menunggu mendaratnya Nenek gue atau menunggu Nenek gue selesai bermain dengan burungnya, gue mendapat kejadian mengesalkan. Ketika gue berjalan, tiba-tiba Nyokap dan Bokap gue sudah berada duluan di dalam. “Kok, kalian bisa ada di sini” tanya gue kebingungan, “Kami lewat pintu depan itu” kata Nyokap. Gue memarahi diri gue sendiri, “INI GUE YANG BEGO ATAU PETUGASNYA YANG KAMPRET?”.

No comments:

Post a Comment