Setiap manusia itu di ciptakan memiliki kekurangan
ataupun kelebihan. Manusia juga di ciptakan untuk tidak menyombongkan diri
karena di dalam diri kita ada sebuah kekurangan. Gue sendiri misalnya. Kekurangan
gue, seperti kurang gemuk, kurang pintar, kurang uang (tanggal tua), dan gitu
deh.
Manusia juga secara biologis di ciptakan ada yang
dari lahir udah pintar dan dari lahir tidak terlahir pintar. Kalau gue sih,
dalam kriteria tidak terlahir pintar. Sejak SD, gue merupakan seorang anak yang
gak pintar-pintar amat. Tulisan gue dulu jelek (sekarang juga sama) dan kurang
begitu suka dengan yang namanya ilmu sains.
Hingga saat itu, gue membaca majalah Bobo (kelihatan
cemen banget sih). Gue membaca salah satu biografi seorang penemu yang
mempengaruhi lampu rumah gue, yaitu Thomas Alfa Edison. Entah kenapa, gue
ngefans banget sama beliau, sampai kadang ke Mall kalau ketemu sering selfie
bareng, minta tanda tangan, kalau udah selesai di antar kembali ke pemakaman,
sorry gue lupa ini bukan cerita horor.
Riwayat hidupnya sangat menginspirasi sekali. Dimana
ia di keluarkan dari sekolah dan di marahi oleh gurunya. Bahkan gurunya bilang
ke Thomasnya kayak gini, “GOBLOK LO.” Apa yang memotivasi gue dari cerita TAE
ini? (maksudnya Thomas Alfa Edison ini?). Di bagian akhir cerita, di tuliskan
bahwa, seseorang atau bahkan semua orang bisa menjadi seorang penemu. Gue
mikir-mikir, bahwa gue sendiri juga bisa. Kenapa tidak gue coba?. Akhirnya gue
menjadi meminati ilmu sains. Tiap hari ke Gramedia, pasti perginya mencari buku
fisika dan astronomi, karena dulu gue sangat menyukai pelajaran tersebut. Dari
sekian banyak teori-teori yang gue cari, gue cuma ingat beberapa yang gue dapat
seperti, Hukum Newton, Euler, Minkowski, Hukum Hubble, Teori Relativitas,
Mekanika Kuantum, Gravitasi Kuantum, Hukum Archimedes, Hukum Pascal, dan Hukum
Leibniz.
Karena itulah, IQ gue jadi naik 20 poin dari
biasanya. Gue menjadi rajin-rajin mengunjungi perpustakaan dan sering telat
masuk karena tidak rela untuk meninggalkan perpustakaannya dan petugasnya (btw
petugasnya laki, jadi gue cuma bercanda tadi). Hingga suatu hari, gue sedang
menonton acara Smackdown yang seharusnya gak gue tonton karena kalau gue meniru
adegan itu, gue seharusnya pakai sempak untuk menirunya. Kebetulan ranjang gue
merupakan ranjang bertingkat jadi gue tidur di atas. Gue sering melompat dari
atas terjun ke bawa, ya di bawahnya ada matras, gitu. Tepat sore hari, gue mau
memulai lompatan sexy gue, lalu saat gue melompat tiba-tiba di bawah gak ada
matras. Gue sempat mau membuka parasut sayangnya ke gedean, pakai payung tapi
lagi gak hujan, dan akhirnya gue mendarat dengan kepala terbentur.
Gue menangis layaknya gue lagi di suntik saat di
posyandu, cemen banget. Kepala gue sampai bengkak dan Nyokap gue langsung
nempelin koyo ke kepala gue. Hingga yang terjadi adalah gue menjadi tidak
mengerti dalam belajar ilmu pasti, Ternyata saat di lihat, otak kiri gue
menjadi lemah. Sehingga yang berfungsi lebih baik hanyalah otak kanan. Semua
buku gue tentang ilmu sains akhirnya terpaksa gue simpan di gudang. Namun, gue
tidak jatuh begitu saja. Gue memiliki bakat lain, misalnya menggambar. Di SMA,
gue menemukan hobi baru yaitu, menulis. Gue sering ngeblog tiap hari dan
teman-teman gue menyukainya.
Gue pernah menulis kalimat ini di Twitter,
“Kekurangan itu seperti malam hari, gelap tapi ada bintang-bintang yang indah
yang menghiasinya dengan cahaya” namun sayangnya gak ada yang retweet dan like.
Mas Kariyano , ada pikirkan untuk mengambil bidang lain ngk , selain menulis ?
ReplyDeleteTentu saja, saya ingin mendalami dunia perfilman. Menjadi penulis film dan sutradara. Dalam catatan, komedi.
DeleteBusuk
ReplyDelete