Sunday, February 21, 2016

Di Balik Kekurangan Pasti Ada Kelebihan

Setiap manusia itu di ciptakan memiliki kekurangan ataupun kelebihan. Manusia juga di ciptakan untuk tidak menyombongkan diri karena di dalam diri kita ada sebuah kekurangan. Gue sendiri misalnya. Kekurangan gue, seperti kurang gemuk, kurang pintar, kurang uang (tanggal tua), dan gitu deh.

Manusia juga secara biologis di ciptakan ada yang dari lahir udah pintar dan dari lahir tidak terlahir pintar. Kalau gue sih, dalam kriteria tidak terlahir pintar. Sejak SD, gue merupakan seorang anak yang gak pintar-pintar amat. Tulisan gue dulu jelek (sekarang juga sama) dan kurang begitu suka dengan yang namanya ilmu sains.

Hingga saat itu, gue membaca majalah Bobo (kelihatan cemen banget sih). Gue membaca salah satu biografi seorang penemu yang mempengaruhi lampu rumah gue, yaitu Thomas Alfa Edison. Entah kenapa, gue ngefans banget sama beliau, sampai kadang ke Mall kalau ketemu sering selfie bareng, minta tanda tangan, kalau udah selesai di antar kembali ke pemakaman, sorry gue lupa ini bukan cerita horor.

Riwayat hidupnya sangat menginspirasi sekali. Dimana ia di keluarkan dari sekolah dan di marahi oleh gurunya. Bahkan gurunya bilang ke Thomasnya kayak gini, “GOBLOK LO.” Apa yang memotivasi gue dari cerita TAE ini? (maksudnya Thomas Alfa Edison ini?). Di bagian akhir cerita, di tuliskan bahwa, seseorang atau bahkan semua orang bisa menjadi seorang penemu. Gue mikir-mikir, bahwa gue sendiri juga bisa. Kenapa tidak gue coba?. Akhirnya gue menjadi meminati ilmu sains. Tiap hari ke Gramedia, pasti perginya mencari buku fisika dan astronomi, karena dulu gue sangat menyukai pelajaran tersebut. Dari sekian banyak teori-teori yang gue cari, gue cuma ingat beberapa yang gue dapat seperti, Hukum Newton, Euler, Minkowski, Hukum Hubble, Teori Relativitas, Mekanika Kuantum, Gravitasi Kuantum, Hukum Archimedes, Hukum Pascal, dan Hukum Leibniz.

Karena itulah, IQ gue jadi naik 20 poin dari biasanya. Gue menjadi rajin-rajin mengunjungi perpustakaan dan sering telat masuk karena tidak rela untuk meninggalkan perpustakaannya dan petugasnya (btw petugasnya laki, jadi gue cuma bercanda tadi). Hingga suatu hari, gue sedang menonton acara Smackdown yang seharusnya gak gue tonton karena kalau gue meniru adegan itu, gue seharusnya pakai sempak untuk menirunya. Kebetulan ranjang gue merupakan ranjang bertingkat jadi gue tidur di atas. Gue sering melompat dari atas terjun ke bawa, ya di bawahnya ada matras, gitu. Tepat sore hari, gue mau memulai lompatan sexy gue, lalu saat gue melompat tiba-tiba di bawah gak ada matras. Gue sempat mau membuka parasut sayangnya ke gedean, pakai payung tapi lagi gak hujan, dan akhirnya gue mendarat dengan kepala terbentur.

Gue menangis layaknya gue lagi di suntik saat di posyandu, cemen banget. Kepala gue sampai bengkak dan Nyokap gue langsung nempelin koyo ke kepala gue. Hingga yang terjadi adalah gue menjadi tidak mengerti dalam belajar ilmu pasti, Ternyata saat di lihat, otak kiri gue menjadi lemah. Sehingga yang berfungsi lebih baik hanyalah otak kanan. Semua buku gue tentang ilmu sains akhirnya terpaksa gue simpan di gudang. Namun, gue tidak jatuh begitu saja. Gue memiliki bakat lain, misalnya menggambar. Di SMA, gue menemukan hobi baru yaitu, menulis. Gue sering ngeblog tiap hari dan teman-teman gue menyukainya.


Gue pernah menulis kalimat ini di Twitter, “Kekurangan itu seperti malam hari, gelap tapi ada bintang-bintang yang indah yang menghiasinya dengan cahaya” namun sayangnya gak ada yang retweet dan like. 

3 comments:

  1. Mas Kariyano , ada pikirkan untuk mengambil bidang lain ngk , selain menulis ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tentu saja, saya ingin mendalami dunia perfilman. Menjadi penulis film dan sutradara. Dalam catatan, komedi.

      Delete