Bus merupakan salah satu transportasi darat yang
paling efisien karena kita dapat pergi kemanapun dengan tarif yang lumayan
murah. Gue mulai naik bus ketika SMA kelas 1 dan sampai sekarang kalau pulang
sekolah, pastinya milih untuk naik bus.
Tapi, gue agak kesel aja dengan apa yang terjadi di
dalam bus tersebut. Menurut gue, hal yang selalu efisien, menjadi ribet. Dan
beberapa hal yang sangat mengesalkan selalu terjadi.
Ketika gue pulang sekolah, sekitar jam 4 sore, gue
pergi menuju tempat menunggu bus berhenti. Kadang gue datang, busnya udah
pergi. Pas gue gak datang, busnya malah nongol. Maunya apa coba?. Ketika bus
datang dan berhenti, banyak orang yang berbondong-bondong untuk naik menuju bus
tersebut. Gue sendiri merasa, yah biarinlah mereka duluan naik, dari pada gue
kejepit ketek ibu-ibu, gue malah pingsan di TKP.
Gue membiarkan mereka naik menuju bus duluan. Ketika
sudah naik semua, gue pun menyusul naik dan kejadian ngeselin pun terjadi.
Yaitu, tempat duduk full. Secara terpaksa, gue lagi-lagi harus duduk di samping
ibu-ibu yang baru pulang dari kondangan. Menahan bau ketek yang menyengat dan
suara keras gosip ibu-ibu terkini, mendingan gue tidur. Bukan hanya itu saja.
Saat gue sedang duduk, kiri dan kanan selalu saja menjepit diri gue secara
agresif. Jadi saran gue, kalau mau naik transportasi umum seperti bus, sediakan
kantung muntah. Dan untungnya gue masih bisa bertahan.
Problem kedua yang sering terjadi adalah gue di
sangka anak orang. Kejadian ini terjadi baru-baru ini. Waktu itu, gue sedang
beranjak pulang sekitar jam 5 sore. Gue duduk belakang. Di samping gue ada
seorang bapak yang membawa 3 anaknya dan kebetulan bapak ini chinese. Gue duduk
di samping bapak tersebut dan terlihat anak-anaknya sedang pada bermain. Karena
bosan, gue memakan permen yang gue beli dan browsing sebentar. Sambil menunggu
bus nya berangkat, tiba-tiba datang seorang ibu-ibu muslim yang duduk
berhadapan dengan gue. Dengan tatapan senyum ibu ini melihat wajah gue yang
seperti penyeludup narkoba, ibu pun berkata ke bapak chinese tadi, “Pak,
anaknya udah besar ya, udah SMA.”
Gue melihat dengan kebingungan dan bapak itu melihat
wajah gue. Dalam hati gue berucap, “BU, UDAH MAKAN OBAT?”. Mungkin bapak itu
akan berkata ke ibu itu, “Bukan bu, anak saya yang tiga ini, anak saya bukan
yang kayak gembel gini”. Atau ia akan berkata, “Ibu janda? Jadian yukk” terus
gue jadi mak comblangnya (Gak sekalian aja jadi penghulunya). Atau bahkan ibu
itu ingin berkata, “Soalnya saya punya anak cewek jomblo, pengen saya jodohin
ke anak bapak itu,” kampret gue mikir apaan sih.
Kejadian paling ngeselin adalah saat pulang begitu
malam dan gue sudah menyesal karena pulang begitu malam saat naik bus. Bus nya
berangkat jam 6 sore. Waktu itu, gue baru pulang dari kegiatan olahraga di
sekolah. Gue naik menuju bus dan gue duduk di belakang. Penumpangnya lumayan
banyak dan isi bus hampir full. Gue sangat menyesalkan terhadap sistem
transportasi tersebut, dimana bus yang sudah mencapai kapasitas, masih tetap di
paksakan. Kalau gue jadi Wali Kota, gue bakal membuat program transportasi
umum, dimana penumpang bus yang terbatas. Karena hal yang sangat menjengkelkan
akan terjadi. Bus gue sudah hampir sampai menuju rumah gue. Dan seketika, gue
pun beranjak naik dari kursi dan menuju ke depan untuk memanggil supir busnya
berbelok. Saat gue sedang berusaha berjalan ke depan, lautan manusia pun
bermunculan. Gue berusaha lewat dan sangat sulit. Seakan-akan yang gue lewati
adalah semak belukar, hutan berbahaya, dan laut yang di penuhi piranha. Yang
gue dapat dari lautan manusia adalah kepala kejedot, sari ketek ibu-ibu,
berbagi daki, dan lain-lain.
Dan akhirnya, gue berhasil lewat dari lautan manusia
tadi. Gue turun dan masuk kerumah. Sesampai di rumah, Nyokap malah menutup
hidungnya. “Kok bau kali ketekmu?” tanya Nyokap, “Bau ketek apa?” tanya gue dan
sesaat gue baru sadar, ini tadi…. ah gue sudah pasrah.