Gue baru kelarin beberapa halaman naskah gue yang
akan segera gue akhiri pada akhir Juni nanti. Semoga kelar dengan baik. Masih
ada 20-an halaman lagi sebenarnya. Mumpung gue sedang mager untuk menulis, gue sekalian
mau nge-share hal-hal yang biasa gue lakukan ketika lagi mengedit. Siapa tahu
membantu temen-temen yang juga juga lagi nulis buku.
1. Kasih Jarak Dulu
Sebelum mengedit tulisan kamu, simpen dulu tulisan
tersebut minimal satu minggu. Begitu kamu selesai menulis draft 1, jalan-jalan
dulu, lupakan tentang naskah kamu. Baru, setelah seminggu, kembali ke naskah
kamu. Dengan memberikan waktu/jarak seperti ini, pasti mata kamu dalam membaca
naskah kamu akan lebih fresh. Mata kamu akan menjadi mata seorang pembaca yang
bisa melihat kesalahan-kesalahan yang mungkin tidak terlihat sewaktu sedang
menulis dulu.
2. Lebih Padat Lagi!
Bagi gue, mengedit lebih berarti memotong, atau
merampingkan. Gue akan lihat kalimat-kalimat yang bisa dibuat lebih
"padet". Gue akan coba menggunakan kata yang lebih sedikit untuk
tujuan yang sama. Misalnya, di naskah ada tulisan: "Gue sama sekali enggak
tahu apa gue harus pergi ke sana atau tidak." Kalimat ini akan gue buat
lebih padet dengan menulisnya seperti ini aja: "Gue bingung ke sana apa
enggak." Kalimat dengan jumlah kata yang sedikit seperti ini membuat
tulisan kita tidak terasa "sesak" dan "ramai".
3. Kurangi Kalimat Pasif
Gue pasti sebisa mungkin menggunakan kalimat aktif.
Setiap kali gue nemu kalimat pasif, pasti gue ubah menjadi aktif. Seperti
misalnya: "Ketimun itu diambil Akbar" akan gue ganti menjadi
"Akbar mengambil ketimun". Penulisan kalimat dalam bentuk aktif akan
membuat pembaca bisa membayangkan kalimat tersebut dengan lebih visual. Kalimat
aktif juga membuat pembaca merasa tulisannya bergerak maju, dan orang-orang
ditulisan tersebut terasa melakukan kegiatan.
4. Speaker Attribution
Speakter attribution berarti frase yang menandakan
siapa yang berbicara dalam kalimat langsung. Misalnya "kata Akbar",
atau "kata gue", atau "kata Nyokap". Biasanya dalam mengedit
gue akan membuat dialog menjadi lebih enak divisualkan dengan
mengganti/mencampurkan speaker attribution dengan sebuah kegiatan.
Misalnya:
“Bar, gue mau bicara sesuatu sama kamu” kata gue.
“Bicara apa?” tanya Akbar.
“Aku suka kamu” kata gue.
“Aku juga suka kamu” kata Akbar.
Gue edit menjadi lebih visual dan tidak membosankan
menjadi:
“Bar, gue mau ngomong sesuatu sama lo?” kata gue.
“Ngomong apa?” tanya Akbar sambil mengusap
kacamatanya.
“Gue suka sama lo” kata gue dengan wajah memerah.
Akbar memakai kacamatanya, “Gue juga suka sama lo”
kata Akbar.
Kenapa dialog ini jadi homo begini. Maaf, ini hanya
contoh.
4. Cek Typo
Selalu cek dan re-check tulisan kamu sudah bebas
kesalahan ketik. Tidak ada yang lebih nyebelin buat editor penerbit baca selain
naskah yang banyak salah ketik.
5. KISS = Keep It Simple, Stupid!
Gue adalah tipe penulis yang selalu menghindari
penggunaan kata yang terlalu berat. Kalau gue nemuin kata seperti ini dalam
buku gue: "Dia harus lebih konsisten dalam mengaktualisasikan
idenya." biasanya gue akan ganti menjadi "Dia harus lebih sering
mewujudkan idenya." Kata-kata dalam Bahasa Inggris yang keluar pas lagi
nulis draft pertama seperti "gesture" gue pasti rubah menjadi
"sikap". Sebisa mungkin gue menulis dengan istilah yang lebih banyak
orang tahu. Semakin simpel, semakin baik. Menulis bukan untuk memberitahu kamu
pintar dan ngerti banyak kata-kata aneh, tapi untuk mengkomunikasikan cerita
kamu secara efektif kepada pembaca.
6. Struktur Dulu, Baru Komedi
Karena gue adalah penulis komedi, sewaktu menulis
gue berusaha untuk tertawa pada jokes gue. Kalau gue ketawa, berarti jokesnya
berhasil, paling enggak buat gue. Kalau lagi editing, gue emang jarang ketawa
sama jokes yang gue buat sebelumnya (karena udah tahu apa jokesnya apa). Tapi,
biasanya gue akan selalu mencari celah untuk memasukkan komedi ke dalam tulisan
gue sembari gue mengedit.
Buat kamu yang mau menulis komedi, jangan takut
kalau dalam draft pertama tulisan kamu belum lucu. Komedi akan datang
sendirinya kalau struktur tulisan kamu sudah rapih dan benar. Konsentrasi dulu
dengan cerita yang mau kamu sampaikan, dan komedi bisa ditambahkan/dieksplorasi
pada saat rewriting. Hindari penulisan komedi yang malas seperti memasukkan
tebak-tebakan, cerita lucu, ini semua harus dihapus pas lagi ngedit tulisan
kamu.
7. Hindari Hal-Hal Klise
Gak tahu dengan penulis lain, tapi gue gak terlalu
suka dengan penggunaan istilah yang klise seperti "Dia seperti tong kosong
nyaring bunyinya", atau "Dia cewek terindah yang pernah gue
lihat", atau "Gue cinta sama dia setengah mati". Istilah klise
ini selain sudah terlalu sering digunakan, juga tidak memperkaya tulisan kita
sendiri. Setiap kali ngedit, gue mencari istilah-istilah klise ini,
membuangnya, dan mencari metafor lain yang belum pernah dipakai sebelumnya.
8. Udah kelar? Edit lagi!
Writing is rewriting. Kalau kamu pikir editan kamu
udah bagus, kasih jarak seminggu, lalu baca ulang dan edit lagi. Ulangi sampai
kamu merasa tulisan kamu sudah benar-benar bagus. Kecuali kalo kamu ditungguin
editor dan naskahnya sudah masuk deadline mau terbit.
Semoga membantu calon-calon penulis yang juga lagi
nulis/ngedit tulisannya.