Friday, June 10, 2016

Uji Nyali



WAKTU itu, kelas 5 SD. Gue dan teman SD gue, Kelvin Thomas dan Andreas (sudah lupa siapa-siapa saja yang terlibat), kami ingin adakan uji nyali. Sekolah SD gue, memang terkenal akan angkernya. Banyak penampakan yang terjadi saat gue sekolah di sana. Waktu itu, ada sebuah bangunan yang mau di renovasi. Kebetulan sudah setengah jadi. Tepat pukul 7 sore, gue sedang les malam.

Kebetulan, gue masuk sekolah siang, otomatis lesnya juga pasti sampai malam hari. Andreas, teman SD gue,  yang sok jantan, dengan ngawurnya mengatakan kalau dia melihat pocong di bangunan itu. "Woi, gue melihat pocong di bangunan itu!" seru Andreas, sampai teriak-teriak. 

Teman cewek gue semua pada histeris dan ikut menyaksikan apa yang Andreas saksikan (yaitu Pocong). Terus, dia ngajak gue untuk kesana. Kebetulan, waktu itu sedang mati listrik dan gelap banget. "Har, kesana yuk!" kata Andreas sampai dengan semangatnya. "Gak ah, gue takut entar terjadi sesuatu" kata gue, sambil ketakutan. Andreas ngatain gue penakut. Gue jadi emosional dan ingin ikut gabung.

Gue ajak Kelvin Thomas untuk melakukan ekpedisi. "Tenang aja, gue pake kalung jimat kok" kata gue dengan bangganya pake kalung tersebut. Kami pun naik ke lantai paling atas, di mana Andreas melihat sosok pocong berada. Gue naik ke lantai paling atas, sampai di sana, gue ikut merinding dan gak tau mau ngapain. Karena tempatnya gelap banget.

Terus, gue dengan beraninya jalan-jalan, keliling-keliling kayak orang kesurupan (bentar lagi juga kesurupan). Teman gue langsung lari, sambil teriak "SETANNN!". Gue kaget beneran, lalu gue langsung lari dengan cepat ke lantai paling bawah. Kampret, teman macam apa itu, sampai tinggalin temannya di tempat gelap.

Tapi gue bangga, karena gue berhasil mengetes keberanian gue (teman gue, Andreas yang sok berani, malah kabur duluan).

Kejadian kembali terulang saat kelas 6 SD. Waktu itu, teman gue ngarep berkata bahwa ia memiliki kemampuan mata untuk melihat makhluk astral. Julwandy, orangnya gemuk dan besar banget. Memakai kacamata dan orangnya putih. Saat itu kami sedang les sore, kebetulan kami duduk dekat jendela. Anginnya berhembus kencang banget. Gue dan teman-teman gue lainnya menikmati ketenangan dari hembusan angin itu. Lalu, tiba-tiba teman gue, Julwandy, berteriak, "Woi, ada kuntilanak!".

Teman gue yang duduk sekitar sana langsung menyerbu melihat dan berkata "Mana-mana?", "Itu di sana" kata Julwandy. Lalu teman gue yang satu lagi, namanya Kevin Jordan, Bokapnya seorang Pendeta. Dia juga, dengan ngawurnya berkata, "Tunggu-tunggu, gue buka mata batin dulu ya" lalu dia berkata, "Iya, beneran ada kuntilanak, lagi duduk di pohon itu."

Gue heran dan terkejut, kok pada rame-rame melihat kuntilanak, sementera gue hanya bisa lihat pohon mangga yang goyang-goyang di hembus angin kencang (kalau gak salah, gue melihat ada bocah lagi pipis). Terus, teman gue Julwandy bilang, "Siapa yang mau lihat kuntilanaknya? sini, gue bukain." Teman gue semua pada ngantri, hanya ingin melihat kuntilanak doang.

Gue juga ikut penasaran, lalu gue mintain teman gue,  Julwandy, untuk membuka mata batin gue. "Oke, sini gue bukain, coba tatap mata gue" kata Julwandy. Gue menatap dengan fokus dan menatap terus sampai gak terjadi apa-apa. ‘AWWWW!’.

"Kenapa?" tanya gue dengan wajah keheranan, "Gue gak bisa buka mata batinmu, Har, ada Dewa Angin!" (makin ngawur). Gue mikir-mikir, apaan lagi sih, tadi kuntilanak, mata batin, sekarang Dewa Angin, lo kira Avatar?. Mungkin, saat gue ke gedung renovasi, gue gak terjadi apa-apa karena ada Dewa Angin di tubuh gue (ngawur level 10).

Kejadian tersebut serupa lagi sekitar 2 minggu kemudian. Sama seperti yang tadi, gue lagi les sore bareng teman-teman gue. Saat les, teman gue minta izin ke toilet. Setelah kembali, dia bercerita keanehan sebuah kelas (kali ini ngawurnya tingkat apaan lagi?). "Tadi gue lihat ada orang ketawa di kelas sebelah" kata teman gue, namanya Febrick. Teman gue, Andika yang penasaran dengan gue pergi izin ke toilet.

Rencananya, kami pergi ke toilet dulu, lalu ke kelas angker tersebut. Setelah kami ke toilet, kami pun pergi ke tangga itu. ‘Gue pergi dulu, entar gue kasih aba-aba’ kata Andika. Gue langsung bilang "Oke" aja. Lalu Andika pergi duluan. Gue cuma nunggu di bawa tangga. "Dik, gimana?", gak ada suara sama sekali. Gue yang merasa curiga, langsung beranikan diri ke atas. Sesaat gue sampai di tangga, tiba-tiba sudah gak ada orang. Kampret, Andika ninggalin gue.

Gue langsung lari cepat dan pergi ke kelas gue. Sesampai di kelas , teman gue langsung ketawain gue, karena gue di tinggalin sendirian. "Wah, bahaya Har, mata lo jadi kuning!" kata Febrick ngawur. Gue jadi bingung dan heran, apa hubungan kelas angker, ada suara cewek ketawa, terus mata gue jadi kuning? Emang gue pake softlense?

No comments:

Post a Comment