Sunday, August 20, 2017

Anak Rantau



Akhir-akhir ini, gue jadi jarang buat nulis blog karena gue baru saja pindah dari Medan ke Surabaya untuk kuliah. Orang tua tetap di Medan, yang intinya gue merantau. Sewaktu SMA, gue bisa menulis blog karena di rumah memiliki laptop dan bisa menulis kapan saja dan dimana saja. Sekarang hanya untuk menulis blog saja gue mesti meminjam laptop orang dan turun ke lantai paling bawah untuk mencari internet. Tidak hanya menulis blog, tetapi juga membuat tugas kuliah.

Awal gue datang Surabaya sebenarnya ada perasaan canggung dan gelisah. Itu wajar karena akan berjuang mati-matian buat kuliah di kota orang. Apalagi gue datang dari tempat yang  jauh. Gue sudah pernah datang ke kota ini sekitar 3 kali. Terakhir kali gue berkunjung pada bulan desember tahun lalu. Gue harus berjuang untuk bisa beradaptasi dengan sekitar. Meskipun gue memang tinggal bersama saudara, tetapi tidak memberikan gue peluang untuk hidup enak disini. Gue harus pergi ke tempat lain agar bisa mencuci baju (hanya bisa mendapat kesempatan satu minggu sekali untuk mencuci), menjemur baju, mencari makan sendiri, uang jajan dihematin, tiap hari harus bantu jualan, membersihkan kamar sendiri, dan sebagainya. Jadi bersyukurlah yang masih bisa tinggal bersama orangtua ketika kuliah.

Gue diterima di kampus swasta katolik bernama Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Gue bertemu banyak teman-teman yang hamper 90% adalah keturunan Jawa asli. Ada juga yang berasal dari Ambon, Bali, Solo, Bekasi, Palu, dan sebagainya. Yah, agak sulit menemukan mahasiswa keturunan Tionghoa di kampus.

Dari segi komunikasi, gue juga mesti terbiasa dengan bahasa daerah mereka. Karena bahasa keseharian mereka adalah bahasa Jawa yang tidak gue mengerti sama sekali. Apalagi ketika banyak yang mengira gue adalah orang Jawa dan mereka berbicara bahasa Jawa pad ague. Gue cuma bisa senyum dan mengiyakan apa yang mereka bicarakan. Selama itu akan menumbuhkan keakraban aja.

Di Surabaya, gue juga harus pintar-pintar mengatur keuangan. Karena tidak ada yang bisa mengantar ke kampus, gue harus membayar ongkos Grab setiap pergi dan pulang dari kampus dan itu setiap hari. Biaya saat  ini dari rumah menuju kampus adalah 12 ribu (tidak terrmasuk promo). Belum lagi kalau tarifnya naik atau pergi ke tempat lain. Dalam satu hari gue sudah menghabiskan 24 ribu yang belum termasuk uang makan gue di kampus.

Selama gue di kota Surabaya, gue juga mengamati infrastruktur dan arus lalu lintas kota yang pastinya lebih unggul dari kota asal gue, Medan. Disini, semua orang bisa dengan bebas berjalan kaki di trotoar dan bisa menyebrang jalan dengan mengaktifkan lampu lalu lintas sendiri. Yah, karena di setiap zebra cross kota terdapat lampu lalu lintas yang bisa diaktifkan agar mudah untuk menyebrang jalan. Penduduknya juga ramah-tamah dan teratur. Gue juga sedang mencari jati diri gue  serta apa yang akan gue perbuat selanjutnya ketika gue lulus nanti, padahal gue baru saja mulai kuliah semester 1.Untuk pulang kembali ke Medan saja butuh waktu sekitar 2 semester berakhir. Di sela-sela waktu juga, gue berusaha mencari uang sendiri dengan membuat sebuah toko online bernama Kids Java yang menjual mainan (sekalian promosi).

Yah, begitulah cerita gue selama berada di Surabaya ini. Mumpung gue memiliki waktu terbatas untuk menulis dan akhirnya gue pakai. Dan mungkin keesokan harinya dan seterusnya gue gak bakal bisa menulis lagi karena waktu terus mulai sibuk, tidak seperti masa SMA dulu yang bisa rileks dan bebas. Gue gak bisa menulis panjang lebar tentang kehidupan gue disini karena waktu nulis juga terbatas, tetapi pastinya hidup yang gak enak itu akan selalu ada. Kangen Medan? Yah tentu saja kangen dan ingin pulang secepatnya. Karena itulah gue ingin belajar keras disini agar bisa mendapat cuti kuliah (kalau dapat) dan bisa pulang. Ketika gue pulang, gue bisa menceritakan kisah hidup gue disini pada teman-teman gue nanti. Semangat meraih cita-cita untuk para anak rantau.