Akhir-akhir
ini, gue jadi jarang buat nulis blog karena gue baru saja pindah dari Medan ke
Surabaya untuk kuliah. Orang tua tetap di Medan, yang intinya gue merantau.
Sewaktu SMA, gue bisa menulis blog karena di rumah memiliki laptop dan bisa
menulis kapan saja dan dimana saja. Sekarang hanya untuk menulis blog saja gue
mesti meminjam laptop orang dan turun ke lantai paling bawah untuk mencari
internet. Tidak hanya menulis blog, tetapi juga membuat tugas kuliah.
Awal
gue datang Surabaya sebenarnya ada perasaan canggung dan gelisah. Itu wajar
karena akan berjuang mati-matian buat kuliah di kota orang. Apalagi gue datang
dari tempat yang jauh. Gue sudah pernah
datang ke kota ini sekitar 3 kali. Terakhir kali gue berkunjung pada bulan
desember tahun lalu. Gue harus berjuang untuk bisa beradaptasi dengan sekitar.
Meskipun gue memang tinggal bersama saudara, tetapi tidak memberikan gue
peluang untuk hidup enak disini. Gue harus pergi ke tempat lain agar bisa
mencuci baju (hanya bisa mendapat kesempatan satu minggu sekali untuk mencuci),
menjemur baju, mencari makan sendiri, uang jajan dihematin, tiap hari harus
bantu jualan, membersihkan kamar sendiri, dan sebagainya. Jadi bersyukurlah
yang masih bisa tinggal bersama orangtua ketika kuliah.
Gue
diterima di kampus swasta katolik bernama Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya. Gue bertemu banyak teman-teman yang hamper 90% adalah keturunan Jawa
asli. Ada juga yang berasal dari Ambon, Bali, Solo, Bekasi, Palu, dan
sebagainya. Yah, agak sulit menemukan mahasiswa keturunan Tionghoa di kampus.
Dari
segi komunikasi, gue juga mesti terbiasa dengan bahasa daerah mereka. Karena
bahasa keseharian mereka adalah bahasa Jawa yang tidak gue mengerti sama
sekali. Apalagi ketika banyak yang mengira gue adalah orang Jawa dan mereka
berbicara bahasa Jawa pad ague. Gue cuma bisa senyum dan mengiyakan apa yang
mereka bicarakan. Selama itu akan menumbuhkan keakraban aja.
Di
Surabaya, gue juga harus pintar-pintar mengatur keuangan. Karena tidak ada yang
bisa mengantar ke kampus, gue harus membayar ongkos Grab setiap pergi dan
pulang dari kampus dan itu setiap hari. Biaya saat ini dari rumah menuju kampus adalah 12 ribu
(tidak terrmasuk promo). Belum lagi kalau tarifnya naik atau pergi ke tempat
lain. Dalam satu hari gue sudah menghabiskan 24 ribu yang belum termasuk uang
makan gue di kampus.
Selama
gue di kota Surabaya, gue juga mengamati infrastruktur dan arus lalu lintas
kota yang pastinya lebih unggul dari kota asal gue, Medan. Disini, semua orang
bisa dengan bebas berjalan kaki di trotoar dan bisa menyebrang jalan dengan
mengaktifkan lampu lalu lintas sendiri. Yah, karena di setiap zebra cross kota
terdapat lampu lalu lintas yang bisa diaktifkan agar mudah untuk menyebrang
jalan. Penduduknya juga ramah-tamah dan teratur. Gue juga sedang mencari jati
diri gue serta apa yang akan gue perbuat
selanjutnya ketika gue lulus nanti, padahal gue baru saja mulai kuliah semester
1.Untuk pulang kembali ke Medan saja butuh waktu sekitar 2 semester berakhir.
Di sela-sela waktu juga, gue berusaha mencari uang sendiri dengan membuat
sebuah toko online bernama Kids Java yang menjual mainan (sekalian promosi).
Yah,
begitulah cerita gue selama berada di Surabaya ini. Mumpung gue memiliki waktu
terbatas untuk menulis dan akhirnya gue pakai. Dan mungkin keesokan harinya dan
seterusnya gue gak bakal bisa menulis lagi karena waktu terus mulai sibuk,
tidak seperti masa SMA dulu yang bisa rileks dan bebas. Gue gak bisa menulis
panjang lebar tentang kehidupan gue disini karena waktu nulis juga terbatas, tetapi pastinya hidup yang gak enak
itu akan selalu ada. Kangen Medan? Yah tentu saja kangen dan ingin pulang
secepatnya. Karena itulah gue ingin belajar keras disini agar bisa mendapat
cuti kuliah (kalau dapat) dan bisa pulang. Ketika gue pulang, gue bisa
menceritakan kisah hidup gue disini pada teman-teman gue nanti. Semangat meraih
cita-cita untuk para anak rantau.