Tuesday, May 31, 2016

Hypochondria

Menurut gue, dokter adalah orang yang paling di percaya oleh semua orang. Begitu ada masalah, mereka akan datang ke dokter, mendengarkan apa yang dokter tersebut bilang, dan melakukannya step by step.

Mungkin ini ngebuat orang jadi bertanya-tanya: ya udah, kenapa kamu gak jadi dokter aja, Har? Well, gue selalu kepengen jadi dokter, tapi ada dua hal yang menghalangi niat gue jadi dokter:

Satu, gue gak suka belajar lama-lama untuk jadi dokter
Dua, otak gue gak mampu.

Gue merupakan salah satu cowok yang terkena hypochondria, yaitu ketakutan abnormal seseorang atas kesehatan diri sendiri. Terutama dengan adanya ketakutan gak beralasan bahwa dirinya punya penyakit serius.

Terkadang gue khawatir aja, akan adanya sesuatu yang mengganjal di tubuh gue. Kayaknya misalkan gue kena batu ginjal, atau gue menderita kanker atau sebagainya. Padahal kondisi tubuh gue biasa-biasa saja. Terlalu berlebihan.

Siang hari, gue lagi berada di sebuah hotel di Medan, yaitu Grand Aston. Waktu itu, gue menghadiri resepsi pernikahan saudara gue dan waktu itu juga gue sudah selesai UN SD. Nyokap memanggil gue dan menyuruh gue untuk mengganti baju karena acara utamanya akan segera di mulai. Gue membawa baju gue dan menggantinya di kamar mandi hotel. Saat gue di kamar mandi, gue membuka baju gue dan gue lihat ke cermin; ada sesuatu yang mengganjal di perut gue.

Gue perhatikan baik-baik dan melihat dengan jelas, kenapa perut gue bisa menjadi bulat begini. “Perasaan gue gak makan banyak, paling cuma makan manusia yang kemarin gue temui di belakang rumah” (oke gue bukan kanibal, tolong jangan berprasangka buruk).

Akhir-akhir ini, gue gak pernah makan banyak, hanya makan secukupnya saja, kenapa tiba-tiba perut gue jadi gembung gini. Gue sampai meraba-raba perut gue dan melihat gaya rabaan perut gue dan gue samakan dengan rabaan perut ibu hamil. “Gak mungkin, gak mungkin gue hamil. Gue cowok, gak mungkin” pikir gue. Kalau gue hamil, siapa coba yang hamilin gue? Tetangga sebelah? Chris Evans? Nicholas Saputra? Ini kenapa malah bawa-bawa aktor film segala sih!?.

Gue mikir-mikir kembali kenapa perut gue bisa seperti ini, atau jangan-jangan perut gue berisi bom?? Gak mungkin, gak mungkin berisi bom, sejak kapan Osama Bin Laden silahturahmi ke rumah gue?.

Malamnya, acara pernikahan dimulai dan gue masih memikirkan sesuatu yang mengganjal di perut gue. Gue gak berani bertanya ke Nyokap karena takut akan terjadi masalah buruk. Gue pun akhirnya tidak memikirkan hal tersebut. Selama acara berlangsung, gue hanya makan, minum, ke toilet, dan pulang.


Sesampai dirumah, gue tanpa sadar meraba kembali perut gue dan ternyata sudah tidak ada lagi ganjalan tersebut. Gue pun lega dan berkata dengan diri gue, “Gue kayak aborsi aja” tiba-tiba Nyokap gue berteriak “APA, KAMU ABORSI!?”. Masalah baru datang lagi 

Friday, May 20, 2016

Ada Apa Dengan Amon 3

Ketika David memandang Amon bersama Steve, itu pun merasa gerah akan apa yang di lakukan Steve. Karena  persaingan sengit antara Fiesta vs Durex, maka setiap hari para pembeli mengantri di Indomaret .

David merasa tidak bisa mengendalikan dirinya, sehingga dia memutuskan untuk melakukan perjalanan spiritualnya menuju Bhutan. Amon masih mesra-mesraan di bawah pohon cherry. Mereka bahkan membuat schedule kegiatan mereka. Setiap hari senin-jumat: Menonton Uttaran; Setiap hari sabtu: Menonton Fatmagul; Setiap hari minggu: Menonton Teaser Episode Terbaru Uttaran.

Maka secara otomotif, maksudnya otomatis, Cupang bergabung dengan Durex. Amon tidak memikirkan David sama sekali. Ia menjadi begitu bahagia dengan Steve yang begitu tampan dan menawan. Dalam perjalanan spiritual David di Bhutan, ia memakai pakaian tradisional Bhutan. Karena lupa bawa kartu kredit, ia terpaksa memakai baju Naruto. Pakaiannya menjadi sangat kontroversial oleh masyarakat Bhutan. Ketika ia sedang melakukan kegiatan dan aktivitas dengan menggunakan baju Naruto itu, ia di tangkap. Ia bawa menuju hadapan pemimpin Bhutan, Samsudin, Jr.

David di interogasi karena baju Narutonya. Samsudin, Jr pun bertanya, “Kenapa engkau memakai baju Luffy itu?” “Ini bukan baju Luffy, ini baju Naruto, anda salah nonton anime” kata David. Ketika Samsudin merasa terhina, ia pun bertindak gegabah. Ia mengambil bantal dan membunuh David, namun David tidak terluka sama sekali. Sungguh luar biasa.

Karena David begitu kuat, akhirnya rakyat Bhutan di perintahkan untuk memakai baju Naruto. Distro-distro pakaian di Bhutan pun mulai banyak menjual pakaian Naruto, bahkan Samsudin. Jr pun memakai baju Naruto. Karena itulah, David di angkat menjadi Dewa 19 oleh Samsudin, Jr.

Sang pemimpin Bhutan pun memikirkan rencana pernikahan putrinya yang bernama Meagatron. David pun akhirnya menikah dengan putri pemimpin Bhutan itu. Tanpa sadar kalau David masih memperjuangkan Amon saat ini. Amon masih tidak mengingat apapun. Ia berfokus pada cintanya kepada Steve dan cupangnya itu. David pun kembali dengan membawa istrinya, Meagatron. Ketika itu, David sedang makan bersama istrinya. Lalu mereka dikejutkan akan kedatangan Steve dan Amon. David pun berdiri dengan pakaian Narutonya. Amon pun melihat ke arah Darto dan berkata, “Engkau sudah menikah? Apakah kamu tidak memperdulikan aku lagi?” “Engkau yang tidak memperdulikan aku. Kamu sudah berada dengan cowok kampret seperti dirinya” kata David. “Aku bukan cowok kampret” teriak Steve, “Bajududehbuletohsambulelelokan” kata Meagatron.


Dalam situasi panas itu, mereka bersama-sama mengeluarkan senjata mereka untuk memerangi hak mereka. Amon mengeluarkan cupang cap kapak, Steve mengeluarkan Durex Limited Editon, David mengeluarkan Fiesta Narutonya, dan Meagatron hanya berkata, “Sumjemmotorekosuderomasa.” Ketika itu, cinta yang memisahkan Amon dan David pun di akhiri dengan perang sengit. David pun akhirnya memutuskan untuk melupakan kenangannya dengan Amon. Ia mendapatkan suatu pembelajaran, yaitu Fiesta sekarang ada Narutonya. TAMAT. 

Monday, May 9, 2016

Tragedi Di Airport



Wajarlah dan wajib serta harus banget, kalau bandara itu di jaga ketat oleh pihak keamanan. Menurut pandangan gue, bandara merupakan salah satu tempat yang paling berbahaya, karena merupakan salah satu lokasi di mana orang asing, baik dalam maupun luar pergi dan datang.

Kadang, gue ngerasa aja, ketika datang ke bandara, gue bertemu dengan seseorang yang di lihat dari penampilannya sangat mencurigakan. Contohnya, ketika SMP, gue berada di Bandara Juanda, di Sidoardjo, Jawa Timur. Gue berpapasan dengan seorang pemuda, memakai jaket hitam, dengan memakai kacamata hitam, serta berwajah sangar, dan tubuh penuh tato dan gue sempat berpikir kalau pemuda tersebut merupakan teroris atau orang yang berbahaya. Gue langsung bilang ke Bokap, “Pa, itu ada orang yang berbahaya tuh” “itu satpam, Hariyo” kata Bokap dengan perasaan pengen bilang ke gue, “Anak kampret.” Tapi gue gak bisa membayangkan seorang satpam dengan kegantengannya memakai kacamata hitam, jaket hitam, warna kulit hitam dan kalau ada di ruangan gelap, berbahaya juga. Berarti dia orang berbahaya (siapa yang ajarin ajaran sesat itu?).

Kejadian selanjutnya adalah ketika di tahan oleh petugas. Saat itu hari minggu dan gue pergi menjemput Nenek gue yang baru datang dari Jakarta. Gue datang menuju bandara Kualanamu pada jam 12 siang. Kebetulan gue memakai kemeja biru, celana panjang hitam, dan sandal, serta memakai flatcap. Sesampai di sana, Nyokap menyuruh gue untuk mencari Nenek karena takut Nenek gue kesasar karena di lihat dari usia beliau yang sudah cukup tua. Wajar juga Nyokap gue buru-buru nyuruh gue untuk cari Nenek gue, kalau Nenek gue salah jalan gimana? Nenek gue mau masuk toilet, tapi malah masuk toilet pria, kan bahaya kalau misalkan gue lagi buang air juga,  Nenek gue malah ikutan buang air (cucu macam apa gue).

Gue beranjak menuju ke pintu kematangan, maksudnya pintu kedatang dalam negeri. Saat gue masuk, tiba-tiba ada 2 petugas yang menahan gue dengan berkata, “Maaf Pak, tidak boleh masuk kesini, silahkan lewat dari atas” “Tapi biasanya kan lewat sini, Pak” kata gue membantah. Akhirnya, setelah berdebat panjang, gue pun naik menuju eskalator bandara. Saat gue naik, gue memikirkan satu hal yang menjadi fakta ataupun mitos.

FAKTA = Gue di curigai sebagai orang yang berbahaya, dengan penampilan gue yang patut di curigakan, mungkin ini penyebab gue gak boleh masuk secara sembarangan.

MITOS =  Gue di panggil “Bapak” padahal usia gue masih 16 tahun (anggap aja ini FAKTA bagi kalian yang membaca).

Hal itu belum membuat gue merasa puas. Saat gue naik, untuk masuk kedalam, gue harus turun lagi untuk menuju pintu kedatangan. Saat gue turun, gue berusaha mencari Nenek gue. Namun, saat mendengar dari tempat informasi kedatangan, Nenek gue belum landing (mungkin Nenek gue masih terbang bareng burung-burung di rumah gue yang sering kabur).

Sambil menunggu kedatangan Nenek gue atau menunggu mendaratnya Nenek gue atau menunggu Nenek gue selesai bermain dengan burungnya, gue mendapat kejadian mengesalkan. Ketika gue berjalan, tiba-tiba Nyokap dan Bokap gue sudah berada duluan di dalam. “Kok, kalian bisa ada di sini” tanya gue kebingungan, “Kami lewat pintu depan itu” kata Nyokap. Gue memarahi diri gue sendiri, “INI GUE YANG BEGO ATAU PETUGASNYA YANG KAMPRET?”.

Sunday, May 8, 2016

Cinta Sekolah Menengah Pertama

Rasa cinta gue terhadap cewek-cewek beralih ke masa SMP. Masa di mana gue di benci oleh cewek. Masa di mana gue di cuekin. Masa di mana gue sampai harus berpacaran dengan cowok, oke yang tadi itu cuma bercanda. Serius itu cuma bercanda.

Bermula dari SMP kelas 1, di mana masa SMP yang pertama gue akan berjalan. Di mana gue memulai dengan menggunakan kemeja putih dan celana biru. Di mana perkenalan gue dengan MOS pun di mulai. MOS (Masa Orientasi Siswa) merupakan masa di mana gue bertemu dengan cewek-cewek cantik. Ya, merupakan senior-senior gue. Sejak MOS di mulai, hati gue menjadi gundah dan tidak tahu harus berbuat apa. Gue memakai atribut-atribut yang fashion banget. Seperti kalung dari tutup botol plastik, ransel dari karung beras, topi terbuat dari karton, dan gue memakai sebuah karton yang bertuliskan Anak Jomblo Akil Balik.

Kegiatan MOS di mulai dengan memasuki ruang audiovisual. Masa itu, gue melihat sekitar ruangan tersebut dan melihat senior-senior yang cantik-cantik (kecuali yang cowok). Ada rasa bersemangat dan ada rasa malu. Gue bersemangat untuk mengikuti MOS. Akan tetapi, gue malu karena harus memakai atribut ngeselin ini. Setiap kali gue memakai atribut di tepi jalan, pandangan semua orang tertuju kepada gue seakan-akan ada artis papan tulis yang baru datang.

Salah satu senior yang membuat hati gue berdebar-debar adalah seseorang yang kebetulan dia adalah Ketua OSIS. Dialah yang mengatur semua kegiatan MOS. Selain cantik, dia juga lebih pendek dari yang gue duga. Setiap kali ikut kegiatan MOS, mata gue selalu tertuju padanya. Setiap pulang sekolah, gue selalu mempersiapkan apa yang ingin gue tunjukin padanya, tapi semua itu gagal. Hal-hal yang ingin gue tunjukin adalah seperti berikut:                                                                                                             
1. Gue berusaha untuk menjadi lebih ganteng, tapi malah disangka homo. 
2. Gue berusaha untuk menjadi lebih keren, tapi malah disangka korban sinetron . 
3. Gue berusaha untuk menjadi lebih gila, tapi malah di bawa ke RSJ. Oke, yang ini cuma bercanda.

Beberapa hari kemudian, MOS pun selesai. Gue gagal untuk menjadi peserta terbaik. Hal itu membuat gue bersedih karena gagal merebut hati senior tersebut. Esoknya, kami memulai kegiatan di kelas, yaitu belajar seperti biasa. Lagi-lagi, gue sebangku dengan cewek. Cewek tersebut merupakan teman SD gue dulu. Dan lagi-lagi bertemu dengan teman SD dan lagi-lagi orangnya pendek. Awalnya, gue tidak tertarik untuk sebangku dengan cewek. Hal itu membuat gue terganggu untuk belajar. Namun, dengan sebangku dengan cewek, gue berhasil mendapat peringkat 10 besar di kelas. Meskipun seterusnya gak dapat lagi.

Gue pun di pindahkan dengan teman cowok, yang kebetulan adalah teman SD gue lagi. Hati gue menjadi lebih lega, karena tidak perlu terus-terusan duduk dengan cewek karena dikira jadi cabe-cabean. Semua berawal dari gue tidak memiliki rasa jatuh cinta di kelas ini. Hati gue belum terasa adanya serbuk-serbuk cinta yang menyebar, yang selalu kemasukan paru-paru.

Di akhir sekolah, gue mulai memiliki rasa suka terhadap cewek yang dulu duduk  sebangku dengan gue. Perasaan gue menjadi tertuju padanya. Setiap hal yang berhubungan dengan gue, pasti akan dilampiaskan ke cewek tersebut. Hingga membuat rasa bencinya terhadap gue menjadi lebih mendalam. Namun, hal itu membuat gue jatuh cinta pada pandangan pertama.

Kelas 1 SMP pun berlalu dan berlanjut ke Kelas 2 SMP. Rasa cinta gue terhadap cewek tersebut belum hilang. Gue masih terus memperhatikannya. Bahkan, gue sempat berusaha untuk mencari nomor handphone-nya, dan akhirnya dapat.

Pada waktu itu, gue sedang memikirkan, cara agar gue bisa sebangku dengan dia kembali. Gue mulai berpikir. Pikiran gue di antaranya, usir yang duduk dengan dia, culik si cewek dan duduk dengan gue, rebut dia di pelaminan dan lagi-lagi khayalan gue di luar batas pemikiran orang gak waras. Setelah itu, gue mendapat ide. Dengan cara mencurahkan kegelisahan gue untuk duduk dengannya lewat SMS, seperti gue mencurahkan seluruh kegelisahaan gue lewat cerita ini.

Gue pun SMS dia. Awalnya gue tidak bisa memberanikan diri gue untuk menulis kalimat yang ingin gue ungkapkan ke dia. Misalnya, Hai, aku homo!. Nah, SMS itu yang membuat gue jadi orang gila betulan atau disangka homo betulan. Berikut adalah percakapan antara gue dengan cewek tersebut di SMS:       

Gue: Hai
Cewek: (gak di balas, mungkin gak ada pulsa)
Beberapa menit kemudian
Cewek: ini siapa?
Gue: ini gue, Hariyo
Cewek: (gak di balas, mungkin gak ada sinyal)
Gue: Aku mau ngomong sesuatu nih
Cewek: (Cuma read doang, beberapa menit kemudian, dia membalas) ngomong apa?
Gue: (Mulai mikir keras mau ngomong apaan, kalau gue bilang lo itu pendek, pasti bakal                    ada masalah besar)
Gue: Gini, entar pas pemindahan kursi, lo mau duduk sama siapa?
Cewek: Gak tau, mungkin sama Andika atau yang lain, emang kenapa?
Gue: (Mulai keringatan) sebenarnya…..
Cewek: sebenarnya apa?
Gue: (Langsung memberanikan diri) sebenarnya gue ingin duduk sebangku sama lo!
Cewek: Oh

Gue mulai curiga, kenapa cewek tersebut hanya membalas “oh” aja?. Biasanya kalau ada hal beginian, respon dari cewek pasti antara dia gak mau balas karena atau gak peduli sama sekali. Beberapa menit kemudian, SMS pun masuk dan cewek tersebut membalas. Gue membaca dengan wajah penuh ketakutan.

Cewek: Sorry tadi di bajak. Itu tadi teman gue yang balas.
Gue: (Anj*ng, kampret, tahi).

Gue mulai panik. Mampus ini gimana cara menghadapinya. Rahasia langsung terbongkar. Ini menjadi permasalahan besar bagi gue. Gue kan bego, kalau hal beginian tiba-tiba terjadi, gue bisa pipis sampe 1 galon penuh per-hari.

Esoknya di sekolah, gue berpura-pura diri dengan ekspresi banci amatiran. Gue berpura-pura tidak mengetahui situasi yang melanda emosional gue saat mengetahui bahwa SMS tersebut di balas oleh teman si cewek tersebut. Teman si cewek tersebut menghampiri gue, dan berkata kalau gue beneran suka dengan cewek tersebut, dan gosip tersebut disebarluaskan, mirip seperti gosip para ibu-ibu yang mau ke kondangan.

Setelah itu, akhirnya, cewek tersebut menaburkan bumbu-bumbu kebencian terhadap gue. Dia cuek dengan gue, dia sebel dengan gue, dan dia menjauhi gue, karena gue lupa pake deodoran. Pengalaman yang paling tidak terlupakan adalah di saat gue duduk sebangku dengan cewek tersebut atas permintaan Wali Kelas. Kami juga kompak dalam pelajaran apapun, tetapi tidak pernah sekalipun terciptanya dialog cinta yang romantis. Malah, gue di kira psikopat gara-gara berdiam diri selama 1 bulan.

Kejadian tersebut pun berlalu. Gue di pindahkan kembali lagi seperti semula. Karena gak tahan dikira psikopat. Setelah kejadian itu berlalu, gue mendapat suatu pelajaran bahwa, cinta itu membutuhkan suatu perjuangan yang tiada henti. Cinta itu tidak bisa langsung menerima apa yang ingin kita rebutkan. Tapi cinta memandang hati kita. Cinta itu bisa gak lulus sensor, karena wajah kita yang gak lulus sensor, ya terkadang sih seperti itu. Dibalik kata manis, pasti ada pahitnya. Dan itulah realita dari cinta.

Beberapa tahun kemudian, gue pun naik kelas 3 SMP, kenangan gue akan cinta akan hangus di sini. Semua kenangan-kenangan yang gue lalui dengan si cewek tersebut gue buang ke tong sampah. Cinta yang membuat kita merasakan hebatnya rasa sakit yang mendalam. Gue mendapat gosip, bahwa cewek tersebut telah berpacaran dengan seorang bocah yang bahkan rumornya adalah seorang anak kelas 1 SMP. Gue heran. Dunia terbalik 360 derajat.

Gue pun melupakan semua tentangnya. Gue baru sadar, bahwa selama ini, gue menyukai seseorang yang bahkan tidak pantas gue cintai. Yang membuat gue selalu terpuruk dan tidak bisa berucap apapun.

Beberapa hari kenaikan kelas, gue tidak menyukai siapapun untuk sementara. Karena memang gak ada cewek satupun yang gue suka. Tapi beberapa hari kemudian, gue jatuh cinta dengan cewek yang satu ini. Dia merupakan murid kelas sebelah kelas gue. Gue pun mencari segala informasinya. Dan lagi-lagi, dia adalah teman SD gue.

Di mulai dari Facebook, Twitter, dan Instagram. Gue juga kebetulan berhasil mendapatkan pin BBM-nya. Tapi yang paling sering sih di Facebook. Gue sering sekali like semua postingan-postingan fotonya. Bahkan, gue tidak pernah sekalipun untuk tidak like semua postingan dia. Bayangin, gue ngebuang waktu banyak cuma untuk like semua postingan yang gak berguna tersebut.

Sering sekali chatting bareng dia. Gue sering membantu semua hal-hal yang membuat dia menjadi kesusahan. Misalnya, tugas sekolah. Gue sering banget membantu semua tugas sekolah dia. Namun terkadang, yang gue berikan malah bersalahan semua. Terkadang, cinta itu unik dan nyebelin. Seperti gue suka dengan cewek tersebut. Tapi terkadang gue cemburu dengan orang-orang yang dekat dengannya. Contoh, postingan Facebooknya di like oleh seorang laki-laki yang memiliki kualitas yang lebih baik dari gue. Gue pun cemburu. Bayangin, postingan yang gak berguna sama sekali di like oleh cowok, dan gue cemburu, ini setara dengan level cabe-cabean.

Terkadang rasa cemburu gue muncul, ketika cewek tersebut selfie bareng dengan seorang cowok yang kebetulan adalah teman SD gue. Hal ini membuat gue berjuang untuk mendapatkan hatinya. Gue dibantu oleh teman-teman gue. Ada 3 orang, semua cowok dan syukurlah mereka gak homo. Kebetulan, waktu itu sekolah mengadakan sebuah acara yang sedikit ngawur tapi menguji keberanian kita. Yaitu, mengirim surat kepada seseorang. Cowok kirim ke cewek dan cewek kirim ke cowok.  Yang mengantar surat nanti adalah anak TK, beneran anak TK. Gue pun berpikir kembali, gimana kalau gue kirim surat kepada cewek tersebut? jika surat itu diterima, apakah perasaanya padaku akan berubah? apakah kita akan menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Dika Jayawibowo?. Khayalan yang penuh dengan penderitaan, sampai-sampai nama anak pun terpikirkan.
3 teman gue membantu gue untuk menulis surat tersebut. Isi surat tersebut adalah (gue cuma ingat sedikit) ‘Halo, aku selalu memandangmu dari atap rumah gue (padahal jarak rumah puluhan km). Gue ingin mengenal lo lebih dalam lagi.’

Setelah surat tersebut tersampaikan ke cewek tersebut, terjadinya gosip-gosip ibu-ibu cabe-cabean. Teman dekat cewek tersebut mulai mengira bahwa pengirim surat tersebut adalah gue. Namun, gue berpura-pura tidak tau siapa pengirimnya.


Esok harinya, gue membuka Facebook gue. Tiba-tiba, semua postingan gue gak dilikenya. Gue terkejut dan panik. Gue pun mulai menulis postingan ngawur, seperti ini: ‘Maaf aku sudah melakukan sebuah kesalahan terhadapmu, aku harap kamu bahagia nanti.’ Dan betul, sekarang dia sudah bahagia dengan cowok lain, kampret!. 

Ingatlah Ini Sebelum Mengikuti Ekskul

SETIAP siswa/siswi, pasti pernah mengikuti beragam esktrakulikuler. Seperti melukis, dance, bulu tangkis, sepak bola, futsal, basket, dan sebagainya. Apalagi, ekstrakulikuler yang paling menyenangkan itu adalah saat hobi kita ada tercantum di ektrakulikuler tersebut. Sejak SD, pertama kalinya, gue mengikuti ekstrakulikuler Bulu Tangkis. Waktu itu, gue memakai raket yang di beri oleh saudara gue di Tiongkok. Kemudian, guru berlatih dengan abang gue, dan akhirnya gue bisa. Setelah berlatih berhari-hari dan mengeluarkan banyak keringat, akhirnya testing pun di mulai.

Gue bertemu dengan teman gue, Febrick, yang jago dalam permainan buku tangkis. Rencananya, gue dan Febrick, bakal barengan ekskulnya, jadi kami sudah janjian untuk gabung ke ekstrakulikuler yang sama. Giliran gue pun di mulai. Tragisnya, gue bakal melawan Febrick di arena. Gue pun pede. Namun, hasilnya bertolak belakang. Pertama, gue yang membuka bola (kata lainnya, service). Setelah itu, Febrick membalas dengan forehand (ayunan tangan memukul bola ke arah kanan).

Lalu, gue membalasnya. Tragisnya, gue gak dapat bolanya. Kesalahan tersebut, membuat gue berkali-kali melakukannya. Padahal gue, sudah berlatih sampai titik darah penghabisan. Setelah itu, gue pesimis kalau gue pasti tidak terpilih masuk bergabung Klub Bulu Tangkis Sekolah. Supaya gue terlihat populer. Setelah itu, gue membicarakan hal ini ke Nyokap.

‘Ma, aku gak lolos masuk Klub Badminton,’ kata gue dengan perasaan sedih.

‘Lho, kok gagal? padahal kamu sudah berlatih sampai keringatan banyak. Bau ketek pun, tercium sampai seisi rumah,’ kata Nyokap.

‘Iya, Ma, lupa pakai deodoran, eh bukan maksudku jadi aku harus gimana Ma, gak mungkin kan aku ikut Boys Brigade, kan mama melarang’

‘Ya sudah, nanti mama urus’

Boys Brigade itu mirip Pramuka. Sebuah Organisasi seperti Pramuka juga. Cuma berbeda seragam dan sistemnya (search di Google). Nyokap datang ke sekolah, untuk membicarakan hal ini kepada pelatih gue. Nama pelatihnya Pak Joko. Akhirnya, gue di terima masuk ke klub Badminton. Setelah itu, teman gue, Febrick senang sekali melihat gue bisa bergabung di Klub Badminton. Kami sering berlatih bareng setiap hari sabtu pagi di sekolah. Tapi tragisnya, gue sering bertindak ceroboh saat latihan.

Gue memang cemen saat SD. Gue sering salah service bola, adu raket bareng teman karena salah mukul, dan bahkan gue pernah smash bola ke arah titit pelatih. Sampai gue naik kelas, gue masih ikut klub Badminton. Dulu, sebelum gue ikut Badminton, gue pernah ikut ekstrakulikuler melukis. Tapi tragisnya, gue gak pandai menggambar. Tapi, guru melukis gue selalu memuji gue saat gue pandai mewarnai. Ini berarti, lebih baik, gue belajar menggambar, di banding mewarnai. Kejadian paling mengejutkan, saat gue terlambat datang untuk ekskul. Gue melihat teman-teman gue bermain di parkiran sekolah. Gue heran dan bertanya pada teman gue, Yoseph.

‘Yos, kok kalian gak masuk’, tanya gue dengan wajah terkejut.

‘Iya, belum masuk har, santai aja dulu,’  kata Yoseph dengan wajah santai.

Gue duduk di kursi dekat parkiran dan menaruh tas gue. Lalu, gue di ajak bermain bareng teman-teman gue. Tiba-tiba, teman gue, Adelia, memanggil kami semua. ‘Woi, cepetan masuk, katanya sambil teriak-teriak. Gue dan teman-teman lainnya bergegas masuk. Saat masuk, kami di marahi oleh guru melukis kami. Lalu, guru melukis gue bertanya pada gue,

‘Hariyo, kamu baru datang ya?’,

‘iya, bu,’  kata gue dengan muka polos.

Guru melukis gue gak jadi menghukum gue, karena gue gak bersalah. Setelah gue duduk santai, guru melukis gue bertanya kembali, ‘Tadi Hariyo gak ikutan main kan?’. Gue mau berkata sesuatu, tiba-tiba teman gue memotong pembicaraan kami. Sambil teriak-teriak berkata, ‘TADI HARIYO IKUTAN MAIN BU, TADI DIA LARI-LARI DENGAN KAMI!’.

Dalam hati gue berkata, TEMAN BEGO, KENAPA KALIAN MALAH KASIH TAU!. Gue pun akhirnya ikutan di hukum gara-gara teman gue.

Sampai gue kelas 1 SMP, gue ikutan ekstrakulikuler melukis. Namun akhirnya, gue keluar, karena gue sudah terlalu master (ngarep). Buktinya, dulu gue gak bisa gambar karakter kartun. Sekarang, berkat gue belajar secara otodidak, gue bisa menggambar kartun. Saat SMP, gue di ajari untuk melukis dengan menggunakan cat air, namun gak pernah berhasil. Di mana saat gue sedang melukis gambar cokelat, yang terlihat malah sedang melukis sebuah kotoran.

Gue juga pernah mengikuti ekstrakulikuler Tenis Meja. Di mana, sebuah olahraga yang bahkan gue belum pernah mencobanya. Saat gue memasuki klub tersebut, gue mulai memperlihatkan kebegoan gue dalam bermain tenis meja. Di mana saat gue mukul bola, kena titit pelatih, masuk ke rumah orang, bet nya kelempar, dan bolanya gue bikin hilang (sampai sekarang, belum ketahuan).


Namun setelah kelas 3 SMP, gue mulai lumayan jago bermain. Meskipun gue hanya bisa service dan forehand. Menurut gue, ikuti ekstrakulikuler yang pernah lakuin. Jangan ikuti ekstrakulikuler yang belum pernah lo ikutin. Lo bakal kelihatan cemen banget . Tapi, kalau lo mau berusaha, semua gak bakal sia-sia. Gue gak bilang, kalau orang yang berusaha itu pasti berhasil. Tapi, kalau kamu menyerah, itu semua sudah pasti gagal. 

Friday, May 6, 2016

Boyband

KETIKA SD, boyband itu sudah terkenal sekali. Dulu, di kelas kami, boyband yang paling terkenal adalah SM*SH. Mungkin karena keseringan main badminton, jadi pas personil mukul Sm*sh kearah titit pelatih, jadinya mereka menggunakan nama itu, dan mereka di keluarkan dari klub Badminton. Dan itulah kenapa, mereka membentuk grup boyband (ngaco). Saat itu, kepopuleran Sm*sh, di bawa langsung oleh teman gue yang namanya Febrick. Gue bahkan gak tahu persis boyband itu apa.

Gue hanya bisa terdiam dengan penjelasan Febrick terkait boyband Sm*sh. Zaman gue SD dulu, yang paling terkenal cuma Naruto, One Piece, Power Ranger, dan Kamen Rider. Dan gue bahkan mengira Boyband yang bernama Sm*sh itu adalah kartun baru yang setiap pagi tayang di Indosiar. Gue pun mendekati mereka. Lalu, teman gue, Febrick dengan ngarep berkata kalau dia mirip Morgan, salah satu personil Sm*sh. Lalu, teman gue, Andika, ikutan ngarep kalau dia mirip Rafael, salah satu personil Sm*sh.

Memang sih, rambutnya mirip. Gue sampai search di Google, siapa itu Morgan dan siapa itu Rafael. Dan, ternyata, setelah gue membandingkannya dengan wajah teman gue, jauh banget perbedaannya. Gue sampai berkata, “Mirip apaan? lebih mirip Bokap gue kali.” Lalu, gue dengan begonya datang menghampiri Febrick dan bertanya, ‘Gue mirip siapa?’. Kalau di pikir-pikir sekarang, itu menjijikan. Gue yang begitu cemen dan bego nanya begituan dengan teman gue.

Kalau sekarang gue tanya sama teman-teman gue, ‘Eh, aku lebih mirip Morgan atau Rafael?’ jawabannya pasti, LEBIH MIRIP TUKANG BUBUR. Muka gue yang pas-pasan, bahkan lebih parah dari yang namanya pas-pasan, masih mau di bandingkan dengan muka Morgan dan Rafael. Kalau gue jadi boyband, fans gue pada pulang ke rumah boker, lalu gue di arak-arak keliling Bundaran HI. Terus terang, gue gak bakal jadi boyband dan gue juga gak berharap untuk jadi boyband.

Bayangkan, kalau gue memakai baju yang belahan dada sampai bawah, orang-orang bakal bilang kalau gue kurang gizi, pengen netein anak orang, dan kalau gue jadi boyband, paling gue bukan di kira personilnya, gue mungkin di kira tukang ojek yang di kira menyamar. Lalu, gue bertanya, ‘Gue mirip Rangga gak’. Pemikiran gue adalah gue bukan mirip Rangga, tapi gue ini mirip SERANGGA. Teman-teman gue bilang kalau gue gak mirip Rangga, tapi mirip Bisma. Setelah gue pulang sekolah, gue langsung search di Google dan mencari nama Bisma. Dan apa yang terjadi? ternyata lebih JELEK gue di banding Bisma, dan bahkan gue kalah bersaing kalau soal kemiripan. Apaan yang mirip? udah sipit, cemen, alim, ah pokoknya gak bakal jadi deh.

Saat itu pula, kami mulai dengan gaya-gayaan boyband dan sambil bernyanyi lagu Sm*sh, yaitu I Heart You. Sumpah, saat gue pikir-pikir, itu jijik banget. Saat gue gaya-gayaan bernyanyi ala boyband. Gue gak bakal jadi boyband, gak bakal. Lebih parahnya, saat gue makan di Kentucky Fried Chicken di Medan, gue dapat CD Karaoke Sm*sh. Mungkin ini akal-akalan mbak KFC untuk ngerjain gue menjadi boyband. Sayangnya pas gue nyanyi, speaker gue langsung rusak.

Sama dengan K-Pop. Gue dulu sangat gak terlalu suka dengan K-Pop. Apasih enaknya K-Pop? Bahkan, abang gue sampe-sampe bisa mendownload lagu K-Pop. Gue pun penasaran. Waktu itu, boyband yang gue tau adalah Super Junior. Entah kenapa, namanya begitu ngeselin banget. Kalau gue buat boyband, mungkin nama yang akan buat adalah Super Senior. Jadinya kita bersaing pas lagi ospek.

Waktu itu, gue mendownload lagu yang di download oleh Abang gue, judulnya Mister Simple. Entah kenapa, namanya gak nyambung banget dengan yang di nyanyikan. Kenapa judulnya gak Mister Bean aja?.


Gue pun mendengarkan lagu tersebut. Kebetulan waktu itu lagunya gue ambil dari handphone Bokap gue. Ternyata Bokap gue juga kecanduan dengan K-Pop, parahh abis. Gue mendengarkan lagu tersebut. Namun yang terjadi adalah gue ketiduran pada saat mendengarkan lagu tersebut. Wowowowow, lagu ini efektif juga untuk penderita insomnia. Setelah trend boyband menyerang globalisasi ini, kini datang Girlband. Gue berdoa kepada Tuhan, agar gue tidak tergoda dengan Girlband seperti saat gue mendengarkan lagu Sm*sh atau lagu Mister Simple dari Super Junior tersebut. 

Monday, May 2, 2016

Perjuangan Seorang Penulis

Setiap orang, pasti pernah merasakan apa yang di sebut dengan kegagalan. Untuk mencapai tujuan, kegagalan menjadi salah satu menjadi salah satu halangan utama bagi semua orang yang ingin mencapai sesuatu yang ingin di capainya.

Misalkan gue. Kegagalan yang sering gue alami sangat banyak. Kalau di pikir-pikir bisa di buat menjadi buku. Kegagalan yang gak akan pernah gue lupakan adalah ketika naskah gue di tolak oleh editor.

Dulu, gue bukanlah orang yang menyukai bidang menulis. Menggambar adalah hobi pertama gue. Ketika itu, kebosanan gue dalam bidang menggambar pun menerpa gue. Setiap pulang sekolah, gue selalu mengambil sebuah kertas dan pensil untuk menggambar dengan tujuan untuk menghilangkan rasa bosan gue. Namun semua itu pun pudar.

Seisi kamar gue penuh dengan kertas menggambar. Laci dan meja gue, serta tempat tidur membuat diri gue sangat pasrah melihat keadaan seperti itu. Nyokap memarahi gue dan menyuruh gue untuk membuang semua gambar-gambar yang gue buat. Seketika, saat imlek, rumah pun di bersihkan. Di saat ada kesempatan dalam kesempitan, gambar-gambar gue akhirnya dia buang dengan diam-diam. Gue terkejut dengan apa yang di lakukan Nyokap ke gue. Memang sih, gue sering boros untuk membeli alat-alat menggambar. Itulah mengapa terjadinya krisis ekonomi di dompet gue.

Karena terjadi hal demikian, gue gak tau apa yang harus gue perbuat. Dan inilah detik-detik munculnya hobi baru.

Ketika itu, gue sedang berada di Gramedia. Seperti biasa, tempat tujuan gue yaitu komik (sekarang udah jarang baca). Gue kebetulan sedang lewat-lewat, lalu tiba-tiba gue menemukan sebuah buku komedi. Gue baca seharian di gramedia, dan gue baca hingga lupa akan waktu. Karena terinspirasi, gue akhirnya jadi keseringan menulis cerita. Saking banyaknya cerita yang gue tulis, gue baru ingat kalau gue bisa memposting cerita gue ke blog. Maka terbentuklah situs hariyowibowo.blogspot.co.id.

Seperti biasa, gue tulis dan gue share ke teman-teman. Dan respon mereka membuat gue menjadi semangat menulis. Hingga suatu hari, gue sedang browsing dan tiba-tiba gue bertemu sebuah akun media sosial milik seorang editor di sebuah penerbit buku bernama Gagasmedia di Jakarta. Gue stalking akunnya dan gue akhirnya bertanya-tanya tentang penerbitan. Ketika itu, gue pun akhirnya memutuskan untuk mengumpulkan cerita-cerita gue berbagai bab dan di tuliskan dalam bentuk naskah.

Sekitar 2-3 bulan, akhirnya gue selesai menulis. Gue kirim dalam bentuk hard copy dan mengirim dengan alamat yang sudah tertera. Reaksi keluarga gue ketika gue mengirim cerita ke penerbit membuat mereka terkejut.

Saat naskah sudah di kirim, gue pun kembali menulis cerita. Dan akhirnya gue mendapat berita mengejutkan. Gue mendapat informasi dari editor, bahwa proses reading naskah oleh editor bisa mencapai 3 bulan  karena banyak calon penulis yang juga mengirim naskah. Gue mengirim naskah ini saat libur sekolah berlangsung, yaitu bulan Juni.

Gue menunggu berita, namun tidak ada kabar. Gue ingin menelepon ke penerbit untuk menanyakan kabar, tapi pulsa gue habis. Akhirnya, gue nunggu setahun lebih sampai saat ini, naskah pertama gue belum ada kabar sama sekali.

Dan gue sudah meyakini bahwa, naskah pertama gue sudah pasti di tolak. Gue agak shock sedikit, tapi mau bagaimana pun, naskah gue di tolak. Dan gue mendapat suatu pencerahan. Menurut gue, penolakan dari sebuah penerbit adalah sebuah referensi. Mungkin dan pastinya, naskah dan cerita kita kurang menarik, atau tata penulisan kalimatnya bersalahan dan sebagainya. Itu juga menjadi pemicu bagi di tolaknya naskah.

Akhirnya, gue kembali cari referensi. Gue buka KBBI dan mencar inspirasi baru. Setiap hari hanya menulis, membaca, menulis membaca. Setiap hari datang ke Gramedia cari buku sebagai bahan referensi. Dan seketika, gue menulis cerita dengan tema baru. Sekitar bulan Maret yang lalu, akhirnya gue mengirim naskah kedua gue menuju penerbit Gagasmedia, Jakarta.

Apa yang gue lakuin setelah mengirim naskahnya? Gue mulai kembali menulis. Bagi gue, kegagalan memang selalu terjadi. Tapi optimis itu harus terjaga. Menurut gue malah bagus kalau gue gagal. Itu berarti, gue masih bisa belajar dari kesalahan dan belajar hal-hal baru. Dari pada gue gagal, tapi tidak di beri kesempatan untuk mencoba kembali. Bagi gue kegagalan adalah permasalahan yang membuat kita belajar kembali. Mungkin ada metode baru yang gak kita tahu, mungkin ada cara menulis yang kita gak tahu, dan masih banyak lagi. Apalagi sekarang yang ingin gue pelajari adalah menulis skenario film yang tak kalah sulitnya dengan menulis buku.

Terima kasih buat negara-negara dari manapun yang  kurang kerjaan membaca blog gue ini. Doakan saja, semoga naskah kedua gue kali ini di terima. Kalau di tolak, coba lagi. . Apa yang bisa gue lakukan, maka gue lakukan. Gagal itu wajar, tapi perbanyak mencoba kembali. Jadi, lakukanlah apa yang kamu bisa dengan apa yang kamu hadapi. Apa yang menjadi semua permasalahanmu lupakan dan kembangkan semua itu menjadi ide untuk berkarya.

Oke, ini kenapa tiba-tiba blog gue jadi blog motivasi. Ah, gitulah pokoknya. Sekian.