SETIAP siswa/siswi, pasti pernah mengikuti beragam
esktrakulikuler. Seperti melukis, dance, bulu tangkis, sepak bola, futsal,
basket, dan sebagainya. Apalagi, ekstrakulikuler yang paling menyenangkan itu
adalah saat hobi kita ada tercantum di ektrakulikuler tersebut. Sejak SD,
pertama kalinya, gue mengikuti ekstrakulikuler Bulu Tangkis. Waktu itu, gue
memakai raket yang di beri oleh saudara gue di Tiongkok. Kemudian, guru
berlatih dengan abang gue, dan akhirnya gue bisa. Setelah berlatih berhari-hari
dan mengeluarkan banyak keringat, akhirnya testing pun di mulai.
Gue bertemu dengan teman gue, Febrick, yang jago dalam
permainan buku tangkis. Rencananya, gue dan Febrick, bakal barengan ekskulnya,
jadi kami sudah janjian untuk gabung ke ekstrakulikuler yang sama. Giliran gue
pun di mulai. Tragisnya, gue bakal melawan Febrick di arena. Gue pun pede.
Namun, hasilnya bertolak belakang. Pertama, gue yang membuka bola (kata
lainnya, service). Setelah itu,
Febrick membalas dengan forehand (ayunan
tangan memukul bola ke arah kanan).
Lalu, gue membalasnya. Tragisnya, gue gak dapat
bolanya. Kesalahan tersebut, membuat gue berkali-kali melakukannya. Padahal
gue, sudah berlatih sampai titik darah penghabisan. Setelah itu, gue pesimis
kalau gue pasti tidak terpilih masuk bergabung Klub Bulu Tangkis Sekolah.
Supaya gue terlihat populer. Setelah itu, gue membicarakan hal ini ke Nyokap.
‘Ma, aku gak lolos masuk Klub Badminton,’ kata gue
dengan perasaan sedih.
‘Lho, kok gagal? padahal kamu sudah berlatih sampai
keringatan banyak. Bau ketek pun, tercium sampai seisi rumah,’ kata Nyokap.
‘Iya, Ma, lupa pakai deodoran, eh bukan maksudku jadi
aku harus gimana Ma, gak mungkin kan aku ikut Boys Brigade, kan mama melarang’
‘Ya sudah, nanti mama urus’
Boys Brigade itu mirip Pramuka. Sebuah Organisasi
seperti Pramuka juga. Cuma berbeda seragam dan sistemnya (search di Google). Nyokap datang ke sekolah, untuk membicarakan hal
ini kepada pelatih gue. Nama pelatihnya Pak Joko. Akhirnya, gue di terima masuk
ke klub Badminton. Setelah itu, teman gue, Febrick senang sekali melihat gue
bisa bergabung di Klub Badminton. Kami sering berlatih bareng setiap hari sabtu
pagi di sekolah. Tapi tragisnya, gue sering bertindak ceroboh saat latihan.
Gue memang cemen saat SD. Gue sering salah service
bola, adu raket bareng teman karena salah mukul, dan bahkan gue pernah smash bola ke arah titit pelatih. Sampai
gue naik kelas, gue masih ikut klub Badminton. Dulu, sebelum gue ikut
Badminton, gue pernah ikut ekstrakulikuler melukis. Tapi tragisnya, gue gak
pandai menggambar. Tapi, guru melukis gue selalu memuji gue saat gue pandai
mewarnai. Ini berarti, lebih baik, gue belajar menggambar, di banding mewarnai.
Kejadian paling mengejutkan, saat gue terlambat datang untuk ekskul. Gue
melihat teman-teman gue bermain di parkiran sekolah. Gue heran dan bertanya
pada teman gue, Yoseph.
‘Yos, kok kalian gak masuk’, tanya gue dengan wajah
terkejut.
‘Iya, belum masuk har, santai aja dulu,’ kata Yoseph dengan wajah santai.
Gue duduk di kursi dekat parkiran dan menaruh tas gue.
Lalu, gue di ajak bermain bareng teman-teman gue. Tiba-tiba, teman gue, Adelia,
memanggil kami semua. ‘Woi, cepetan masuk, katanya sambil teriak-teriak. Gue
dan teman-teman lainnya bergegas masuk. Saat masuk, kami di marahi oleh guru
melukis kami. Lalu, guru melukis gue bertanya pada gue,
‘Hariyo, kamu baru datang ya?’,
‘iya, bu,’ kata
gue dengan muka polos.
Guru melukis gue gak jadi menghukum gue, karena gue
gak bersalah. Setelah gue duduk santai, guru melukis gue bertanya kembali,
‘Tadi Hariyo gak ikutan main kan?’. Gue mau berkata sesuatu, tiba-tiba teman
gue memotong pembicaraan kami. Sambil teriak-teriak berkata, ‘TADI HARIYO
IKUTAN MAIN BU, TADI DIA LARI-LARI DENGAN KAMI!’.
Dalam hati gue berkata, TEMAN BEGO, KENAPA KALIAN
MALAH KASIH TAU!. Gue pun akhirnya ikutan di hukum gara-gara teman gue.
Sampai gue kelas 1 SMP, gue ikutan ekstrakulikuler
melukis. Namun akhirnya, gue keluar, karena gue sudah terlalu master (ngarep).
Buktinya, dulu gue gak bisa gambar karakter kartun. Sekarang, berkat gue
belajar secara otodidak, gue bisa menggambar kartun. Saat SMP, gue di ajari
untuk melukis dengan menggunakan cat air, namun gak pernah berhasil. Di mana
saat gue sedang melukis gambar cokelat, yang terlihat malah sedang melukis
sebuah kotoran.
Gue juga pernah mengikuti ekstrakulikuler Tenis Meja.
Di mana, sebuah olahraga yang bahkan gue belum pernah mencobanya. Saat gue
memasuki klub tersebut, gue mulai memperlihatkan kebegoan gue dalam bermain
tenis meja. Di mana saat gue mukul bola, kena titit pelatih, masuk ke rumah
orang, bet nya kelempar, dan bolanya
gue bikin hilang (sampai sekarang, belum ketahuan).
Namun setelah kelas 3 SMP, gue mulai lumayan jago
bermain. Meskipun gue hanya bisa service dan forehand. Menurut gue, ikuti
ekstrakulikuler yang pernah lakuin. Jangan ikuti ekstrakulikuler yang belum
pernah lo ikutin. Lo bakal kelihatan cemen banget . Tapi, kalau lo mau
berusaha, semua gak bakal sia-sia. Gue gak bilang, kalau orang yang berusaha
itu pasti berhasil. Tapi, kalau kamu menyerah, itu semua sudah pasti gagal.
No comments:
Post a Comment