Sunday, May 8, 2016

Ingatlah Ini Sebelum Mengikuti Ekskul

SETIAP siswa/siswi, pasti pernah mengikuti beragam esktrakulikuler. Seperti melukis, dance, bulu tangkis, sepak bola, futsal, basket, dan sebagainya. Apalagi, ekstrakulikuler yang paling menyenangkan itu adalah saat hobi kita ada tercantum di ektrakulikuler tersebut. Sejak SD, pertama kalinya, gue mengikuti ekstrakulikuler Bulu Tangkis. Waktu itu, gue memakai raket yang di beri oleh saudara gue di Tiongkok. Kemudian, guru berlatih dengan abang gue, dan akhirnya gue bisa. Setelah berlatih berhari-hari dan mengeluarkan banyak keringat, akhirnya testing pun di mulai.

Gue bertemu dengan teman gue, Febrick, yang jago dalam permainan buku tangkis. Rencananya, gue dan Febrick, bakal barengan ekskulnya, jadi kami sudah janjian untuk gabung ke ekstrakulikuler yang sama. Giliran gue pun di mulai. Tragisnya, gue bakal melawan Febrick di arena. Gue pun pede. Namun, hasilnya bertolak belakang. Pertama, gue yang membuka bola (kata lainnya, service). Setelah itu, Febrick membalas dengan forehand (ayunan tangan memukul bola ke arah kanan).

Lalu, gue membalasnya. Tragisnya, gue gak dapat bolanya. Kesalahan tersebut, membuat gue berkali-kali melakukannya. Padahal gue, sudah berlatih sampai titik darah penghabisan. Setelah itu, gue pesimis kalau gue pasti tidak terpilih masuk bergabung Klub Bulu Tangkis Sekolah. Supaya gue terlihat populer. Setelah itu, gue membicarakan hal ini ke Nyokap.

‘Ma, aku gak lolos masuk Klub Badminton,’ kata gue dengan perasaan sedih.

‘Lho, kok gagal? padahal kamu sudah berlatih sampai keringatan banyak. Bau ketek pun, tercium sampai seisi rumah,’ kata Nyokap.

‘Iya, Ma, lupa pakai deodoran, eh bukan maksudku jadi aku harus gimana Ma, gak mungkin kan aku ikut Boys Brigade, kan mama melarang’

‘Ya sudah, nanti mama urus’

Boys Brigade itu mirip Pramuka. Sebuah Organisasi seperti Pramuka juga. Cuma berbeda seragam dan sistemnya (search di Google). Nyokap datang ke sekolah, untuk membicarakan hal ini kepada pelatih gue. Nama pelatihnya Pak Joko. Akhirnya, gue di terima masuk ke klub Badminton. Setelah itu, teman gue, Febrick senang sekali melihat gue bisa bergabung di Klub Badminton. Kami sering berlatih bareng setiap hari sabtu pagi di sekolah. Tapi tragisnya, gue sering bertindak ceroboh saat latihan.

Gue memang cemen saat SD. Gue sering salah service bola, adu raket bareng teman karena salah mukul, dan bahkan gue pernah smash bola ke arah titit pelatih. Sampai gue naik kelas, gue masih ikut klub Badminton. Dulu, sebelum gue ikut Badminton, gue pernah ikut ekstrakulikuler melukis. Tapi tragisnya, gue gak pandai menggambar. Tapi, guru melukis gue selalu memuji gue saat gue pandai mewarnai. Ini berarti, lebih baik, gue belajar menggambar, di banding mewarnai. Kejadian paling mengejutkan, saat gue terlambat datang untuk ekskul. Gue melihat teman-teman gue bermain di parkiran sekolah. Gue heran dan bertanya pada teman gue, Yoseph.

‘Yos, kok kalian gak masuk’, tanya gue dengan wajah terkejut.

‘Iya, belum masuk har, santai aja dulu,’  kata Yoseph dengan wajah santai.

Gue duduk di kursi dekat parkiran dan menaruh tas gue. Lalu, gue di ajak bermain bareng teman-teman gue. Tiba-tiba, teman gue, Adelia, memanggil kami semua. ‘Woi, cepetan masuk, katanya sambil teriak-teriak. Gue dan teman-teman lainnya bergegas masuk. Saat masuk, kami di marahi oleh guru melukis kami. Lalu, guru melukis gue bertanya pada gue,

‘Hariyo, kamu baru datang ya?’,

‘iya, bu,’  kata gue dengan muka polos.

Guru melukis gue gak jadi menghukum gue, karena gue gak bersalah. Setelah gue duduk santai, guru melukis gue bertanya kembali, ‘Tadi Hariyo gak ikutan main kan?’. Gue mau berkata sesuatu, tiba-tiba teman gue memotong pembicaraan kami. Sambil teriak-teriak berkata, ‘TADI HARIYO IKUTAN MAIN BU, TADI DIA LARI-LARI DENGAN KAMI!’.

Dalam hati gue berkata, TEMAN BEGO, KENAPA KALIAN MALAH KASIH TAU!. Gue pun akhirnya ikutan di hukum gara-gara teman gue.

Sampai gue kelas 1 SMP, gue ikutan ekstrakulikuler melukis. Namun akhirnya, gue keluar, karena gue sudah terlalu master (ngarep). Buktinya, dulu gue gak bisa gambar karakter kartun. Sekarang, berkat gue belajar secara otodidak, gue bisa menggambar kartun. Saat SMP, gue di ajari untuk melukis dengan menggunakan cat air, namun gak pernah berhasil. Di mana saat gue sedang melukis gambar cokelat, yang terlihat malah sedang melukis sebuah kotoran.

Gue juga pernah mengikuti ekstrakulikuler Tenis Meja. Di mana, sebuah olahraga yang bahkan gue belum pernah mencobanya. Saat gue memasuki klub tersebut, gue mulai memperlihatkan kebegoan gue dalam bermain tenis meja. Di mana saat gue mukul bola, kena titit pelatih, masuk ke rumah orang, bet nya kelempar, dan bolanya gue bikin hilang (sampai sekarang, belum ketahuan).


Namun setelah kelas 3 SMP, gue mulai lumayan jago bermain. Meskipun gue hanya bisa service dan forehand. Menurut gue, ikuti ekstrakulikuler yang pernah lakuin. Jangan ikuti ekstrakulikuler yang belum pernah lo ikutin. Lo bakal kelihatan cemen banget . Tapi, kalau lo mau berusaha, semua gak bakal sia-sia. Gue gak bilang, kalau orang yang berusaha itu pasti berhasil. Tapi, kalau kamu menyerah, itu semua sudah pasti gagal. 

No comments:

Post a Comment