Setiap orang, pasti pernah merasakan apa yang di
sebut dengan kegagalan. Untuk mencapai tujuan, kegagalan menjadi salah satu
menjadi salah satu halangan utama bagi semua orang yang ingin mencapai sesuatu
yang ingin di capainya.
Misalkan gue. Kegagalan yang sering gue alami sangat
banyak. Kalau di pikir-pikir bisa di buat menjadi buku. Kegagalan yang gak akan
pernah gue lupakan adalah ketika naskah gue di tolak oleh editor.
Dulu, gue bukanlah orang yang menyukai bidang
menulis. Menggambar adalah hobi pertama gue. Ketika itu, kebosanan gue dalam
bidang menggambar pun menerpa gue. Setiap pulang sekolah, gue selalu mengambil
sebuah kertas dan pensil untuk menggambar dengan tujuan untuk menghilangkan
rasa bosan gue. Namun semua itu pun pudar.
Seisi kamar gue penuh dengan kertas menggambar. Laci
dan meja gue, serta tempat tidur membuat diri gue sangat pasrah melihat keadaan
seperti itu. Nyokap memarahi gue dan menyuruh gue untuk membuang semua
gambar-gambar yang gue buat. Seketika, saat imlek, rumah pun di bersihkan. Di
saat ada kesempatan dalam kesempitan, gambar-gambar gue akhirnya dia buang
dengan diam-diam. Gue terkejut dengan apa yang di lakukan Nyokap ke gue. Memang
sih, gue sering boros untuk membeli alat-alat menggambar. Itulah mengapa
terjadinya krisis ekonomi di dompet gue.
Karena terjadi hal demikian, gue gak tau apa yang
harus gue perbuat. Dan inilah detik-detik munculnya hobi baru.
Ketika itu, gue sedang berada di Gramedia. Seperti
biasa, tempat tujuan gue yaitu komik (sekarang udah jarang baca). Gue kebetulan
sedang lewat-lewat, lalu tiba-tiba gue menemukan sebuah buku komedi. Gue baca
seharian di gramedia, dan gue baca hingga lupa akan waktu. Karena terinspirasi,
gue akhirnya jadi keseringan menulis cerita. Saking banyaknya cerita yang gue
tulis, gue baru ingat kalau gue bisa memposting cerita gue ke blog. Maka
terbentuklah situs hariyowibowo.blogspot.co.id.
Seperti biasa, gue tulis dan gue share ke
teman-teman. Dan respon mereka membuat gue menjadi semangat menulis. Hingga
suatu hari, gue sedang browsing dan tiba-tiba gue bertemu sebuah akun media
sosial milik seorang editor di sebuah penerbit buku bernama Gagasmedia di
Jakarta. Gue stalking akunnya dan gue akhirnya bertanya-tanya tentang
penerbitan. Ketika itu, gue pun akhirnya memutuskan untuk mengumpulkan
cerita-cerita gue berbagai bab dan di tuliskan dalam bentuk naskah.
Sekitar 2-3 bulan, akhirnya gue selesai menulis. Gue
kirim dalam bentuk hard copy dan mengirim dengan alamat yang sudah tertera.
Reaksi keluarga gue ketika gue mengirim cerita ke penerbit membuat mereka
terkejut.
Saat naskah sudah di kirim, gue pun kembali menulis
cerita. Dan akhirnya gue mendapat berita mengejutkan. Gue mendapat informasi
dari editor, bahwa proses reading naskah oleh editor bisa mencapai 3 bulan karena banyak calon penulis yang juga
mengirim naskah. Gue mengirim naskah ini saat libur sekolah berlangsung, yaitu
bulan Juni.
Gue menunggu berita, namun tidak ada kabar. Gue
ingin menelepon ke penerbit untuk menanyakan kabar, tapi pulsa gue habis.
Akhirnya, gue nunggu setahun lebih sampai saat ini, naskah pertama gue belum
ada kabar sama sekali.
Dan gue sudah meyakini bahwa, naskah pertama gue
sudah pasti di tolak. Gue agak shock sedikit, tapi mau bagaimana pun, naskah
gue di tolak. Dan gue mendapat suatu pencerahan. Menurut gue, penolakan dari
sebuah penerbit adalah sebuah referensi. Mungkin dan pastinya, naskah dan
cerita kita kurang menarik, atau tata penulisan kalimatnya bersalahan dan
sebagainya. Itu juga menjadi pemicu bagi di tolaknya naskah.
Akhirnya, gue kembali cari referensi. Gue buka KBBI
dan mencar inspirasi baru. Setiap hari hanya menulis, membaca, menulis membaca.
Setiap hari datang ke Gramedia cari buku sebagai bahan referensi. Dan seketika,
gue menulis cerita dengan tema baru. Sekitar bulan Maret yang lalu, akhirnya
gue mengirim naskah kedua gue menuju penerbit Gagasmedia, Jakarta.
Apa yang gue lakuin setelah mengirim naskahnya? Gue
mulai kembali menulis. Bagi gue, kegagalan memang selalu terjadi. Tapi optimis
itu harus terjaga. Menurut gue malah bagus kalau gue gagal. Itu berarti, gue
masih bisa belajar dari kesalahan dan belajar hal-hal baru. Dari pada gue
gagal, tapi tidak di beri kesempatan untuk mencoba kembali. Bagi gue kegagalan
adalah permasalahan yang membuat kita belajar kembali. Mungkin ada metode baru
yang gak kita tahu, mungkin ada cara menulis yang kita gak tahu, dan masih
banyak lagi. Apalagi sekarang yang ingin gue pelajari adalah menulis skenario
film yang tak kalah sulitnya dengan menulis buku.
Terima kasih buat negara-negara dari manapun
yang kurang kerjaan membaca blog gue
ini. Doakan saja, semoga naskah kedua gue kali ini di terima. Kalau di tolak,
coba lagi. . Apa yang bisa gue lakukan, maka gue lakukan. Gagal itu wajar, tapi
perbanyak mencoba kembali. Jadi, lakukanlah apa yang kamu bisa dengan apa yang
kamu hadapi. Apa yang menjadi semua permasalahanmu lupakan dan kembangkan semua
itu menjadi ide untuk berkarya.
Oke, ini kenapa tiba-tiba blog gue jadi blog
motivasi. Ah, gitulah pokoknya. Sekian.
No comments:
Post a Comment