Monday, May 2, 2016

Perjuangan Seorang Penulis

Setiap orang, pasti pernah merasakan apa yang di sebut dengan kegagalan. Untuk mencapai tujuan, kegagalan menjadi salah satu menjadi salah satu halangan utama bagi semua orang yang ingin mencapai sesuatu yang ingin di capainya.

Misalkan gue. Kegagalan yang sering gue alami sangat banyak. Kalau di pikir-pikir bisa di buat menjadi buku. Kegagalan yang gak akan pernah gue lupakan adalah ketika naskah gue di tolak oleh editor.

Dulu, gue bukanlah orang yang menyukai bidang menulis. Menggambar adalah hobi pertama gue. Ketika itu, kebosanan gue dalam bidang menggambar pun menerpa gue. Setiap pulang sekolah, gue selalu mengambil sebuah kertas dan pensil untuk menggambar dengan tujuan untuk menghilangkan rasa bosan gue. Namun semua itu pun pudar.

Seisi kamar gue penuh dengan kertas menggambar. Laci dan meja gue, serta tempat tidur membuat diri gue sangat pasrah melihat keadaan seperti itu. Nyokap memarahi gue dan menyuruh gue untuk membuang semua gambar-gambar yang gue buat. Seketika, saat imlek, rumah pun di bersihkan. Di saat ada kesempatan dalam kesempitan, gambar-gambar gue akhirnya dia buang dengan diam-diam. Gue terkejut dengan apa yang di lakukan Nyokap ke gue. Memang sih, gue sering boros untuk membeli alat-alat menggambar. Itulah mengapa terjadinya krisis ekonomi di dompet gue.

Karena terjadi hal demikian, gue gak tau apa yang harus gue perbuat. Dan inilah detik-detik munculnya hobi baru.

Ketika itu, gue sedang berada di Gramedia. Seperti biasa, tempat tujuan gue yaitu komik (sekarang udah jarang baca). Gue kebetulan sedang lewat-lewat, lalu tiba-tiba gue menemukan sebuah buku komedi. Gue baca seharian di gramedia, dan gue baca hingga lupa akan waktu. Karena terinspirasi, gue akhirnya jadi keseringan menulis cerita. Saking banyaknya cerita yang gue tulis, gue baru ingat kalau gue bisa memposting cerita gue ke blog. Maka terbentuklah situs hariyowibowo.blogspot.co.id.

Seperti biasa, gue tulis dan gue share ke teman-teman. Dan respon mereka membuat gue menjadi semangat menulis. Hingga suatu hari, gue sedang browsing dan tiba-tiba gue bertemu sebuah akun media sosial milik seorang editor di sebuah penerbit buku bernama Gagasmedia di Jakarta. Gue stalking akunnya dan gue akhirnya bertanya-tanya tentang penerbitan. Ketika itu, gue pun akhirnya memutuskan untuk mengumpulkan cerita-cerita gue berbagai bab dan di tuliskan dalam bentuk naskah.

Sekitar 2-3 bulan, akhirnya gue selesai menulis. Gue kirim dalam bentuk hard copy dan mengirim dengan alamat yang sudah tertera. Reaksi keluarga gue ketika gue mengirim cerita ke penerbit membuat mereka terkejut.

Saat naskah sudah di kirim, gue pun kembali menulis cerita. Dan akhirnya gue mendapat berita mengejutkan. Gue mendapat informasi dari editor, bahwa proses reading naskah oleh editor bisa mencapai 3 bulan  karena banyak calon penulis yang juga mengirim naskah. Gue mengirim naskah ini saat libur sekolah berlangsung, yaitu bulan Juni.

Gue menunggu berita, namun tidak ada kabar. Gue ingin menelepon ke penerbit untuk menanyakan kabar, tapi pulsa gue habis. Akhirnya, gue nunggu setahun lebih sampai saat ini, naskah pertama gue belum ada kabar sama sekali.

Dan gue sudah meyakini bahwa, naskah pertama gue sudah pasti di tolak. Gue agak shock sedikit, tapi mau bagaimana pun, naskah gue di tolak. Dan gue mendapat suatu pencerahan. Menurut gue, penolakan dari sebuah penerbit adalah sebuah referensi. Mungkin dan pastinya, naskah dan cerita kita kurang menarik, atau tata penulisan kalimatnya bersalahan dan sebagainya. Itu juga menjadi pemicu bagi di tolaknya naskah.

Akhirnya, gue kembali cari referensi. Gue buka KBBI dan mencar inspirasi baru. Setiap hari hanya menulis, membaca, menulis membaca. Setiap hari datang ke Gramedia cari buku sebagai bahan referensi. Dan seketika, gue menulis cerita dengan tema baru. Sekitar bulan Maret yang lalu, akhirnya gue mengirim naskah kedua gue menuju penerbit Gagasmedia, Jakarta.

Apa yang gue lakuin setelah mengirim naskahnya? Gue mulai kembali menulis. Bagi gue, kegagalan memang selalu terjadi. Tapi optimis itu harus terjaga. Menurut gue malah bagus kalau gue gagal. Itu berarti, gue masih bisa belajar dari kesalahan dan belajar hal-hal baru. Dari pada gue gagal, tapi tidak di beri kesempatan untuk mencoba kembali. Bagi gue kegagalan adalah permasalahan yang membuat kita belajar kembali. Mungkin ada metode baru yang gak kita tahu, mungkin ada cara menulis yang kita gak tahu, dan masih banyak lagi. Apalagi sekarang yang ingin gue pelajari adalah menulis skenario film yang tak kalah sulitnya dengan menulis buku.

Terima kasih buat negara-negara dari manapun yang  kurang kerjaan membaca blog gue ini. Doakan saja, semoga naskah kedua gue kali ini di terima. Kalau di tolak, coba lagi. . Apa yang bisa gue lakukan, maka gue lakukan. Gagal itu wajar, tapi perbanyak mencoba kembali. Jadi, lakukanlah apa yang kamu bisa dengan apa yang kamu hadapi. Apa yang menjadi semua permasalahanmu lupakan dan kembangkan semua itu menjadi ide untuk berkarya.

Oke, ini kenapa tiba-tiba blog gue jadi blog motivasi. Ah, gitulah pokoknya. Sekian.


No comments:

Post a Comment