Sunday, May 8, 2016

Cinta Sekolah Menengah Pertama

Rasa cinta gue terhadap cewek-cewek beralih ke masa SMP. Masa di mana gue di benci oleh cewek. Masa di mana gue di cuekin. Masa di mana gue sampai harus berpacaran dengan cowok, oke yang tadi itu cuma bercanda. Serius itu cuma bercanda.

Bermula dari SMP kelas 1, di mana masa SMP yang pertama gue akan berjalan. Di mana gue memulai dengan menggunakan kemeja putih dan celana biru. Di mana perkenalan gue dengan MOS pun di mulai. MOS (Masa Orientasi Siswa) merupakan masa di mana gue bertemu dengan cewek-cewek cantik. Ya, merupakan senior-senior gue. Sejak MOS di mulai, hati gue menjadi gundah dan tidak tahu harus berbuat apa. Gue memakai atribut-atribut yang fashion banget. Seperti kalung dari tutup botol plastik, ransel dari karung beras, topi terbuat dari karton, dan gue memakai sebuah karton yang bertuliskan Anak Jomblo Akil Balik.

Kegiatan MOS di mulai dengan memasuki ruang audiovisual. Masa itu, gue melihat sekitar ruangan tersebut dan melihat senior-senior yang cantik-cantik (kecuali yang cowok). Ada rasa bersemangat dan ada rasa malu. Gue bersemangat untuk mengikuti MOS. Akan tetapi, gue malu karena harus memakai atribut ngeselin ini. Setiap kali gue memakai atribut di tepi jalan, pandangan semua orang tertuju kepada gue seakan-akan ada artis papan tulis yang baru datang.

Salah satu senior yang membuat hati gue berdebar-debar adalah seseorang yang kebetulan dia adalah Ketua OSIS. Dialah yang mengatur semua kegiatan MOS. Selain cantik, dia juga lebih pendek dari yang gue duga. Setiap kali ikut kegiatan MOS, mata gue selalu tertuju padanya. Setiap pulang sekolah, gue selalu mempersiapkan apa yang ingin gue tunjukin padanya, tapi semua itu gagal. Hal-hal yang ingin gue tunjukin adalah seperti berikut:                                                                                                             
1. Gue berusaha untuk menjadi lebih ganteng, tapi malah disangka homo. 
2. Gue berusaha untuk menjadi lebih keren, tapi malah disangka korban sinetron . 
3. Gue berusaha untuk menjadi lebih gila, tapi malah di bawa ke RSJ. Oke, yang ini cuma bercanda.

Beberapa hari kemudian, MOS pun selesai. Gue gagal untuk menjadi peserta terbaik. Hal itu membuat gue bersedih karena gagal merebut hati senior tersebut. Esoknya, kami memulai kegiatan di kelas, yaitu belajar seperti biasa. Lagi-lagi, gue sebangku dengan cewek. Cewek tersebut merupakan teman SD gue dulu. Dan lagi-lagi bertemu dengan teman SD dan lagi-lagi orangnya pendek. Awalnya, gue tidak tertarik untuk sebangku dengan cewek. Hal itu membuat gue terganggu untuk belajar. Namun, dengan sebangku dengan cewek, gue berhasil mendapat peringkat 10 besar di kelas. Meskipun seterusnya gak dapat lagi.

Gue pun di pindahkan dengan teman cowok, yang kebetulan adalah teman SD gue lagi. Hati gue menjadi lebih lega, karena tidak perlu terus-terusan duduk dengan cewek karena dikira jadi cabe-cabean. Semua berawal dari gue tidak memiliki rasa jatuh cinta di kelas ini. Hati gue belum terasa adanya serbuk-serbuk cinta yang menyebar, yang selalu kemasukan paru-paru.

Di akhir sekolah, gue mulai memiliki rasa suka terhadap cewek yang dulu duduk  sebangku dengan gue. Perasaan gue menjadi tertuju padanya. Setiap hal yang berhubungan dengan gue, pasti akan dilampiaskan ke cewek tersebut. Hingga membuat rasa bencinya terhadap gue menjadi lebih mendalam. Namun, hal itu membuat gue jatuh cinta pada pandangan pertama.

Kelas 1 SMP pun berlalu dan berlanjut ke Kelas 2 SMP. Rasa cinta gue terhadap cewek tersebut belum hilang. Gue masih terus memperhatikannya. Bahkan, gue sempat berusaha untuk mencari nomor handphone-nya, dan akhirnya dapat.

Pada waktu itu, gue sedang memikirkan, cara agar gue bisa sebangku dengan dia kembali. Gue mulai berpikir. Pikiran gue di antaranya, usir yang duduk dengan dia, culik si cewek dan duduk dengan gue, rebut dia di pelaminan dan lagi-lagi khayalan gue di luar batas pemikiran orang gak waras. Setelah itu, gue mendapat ide. Dengan cara mencurahkan kegelisahan gue untuk duduk dengannya lewat SMS, seperti gue mencurahkan seluruh kegelisahaan gue lewat cerita ini.

Gue pun SMS dia. Awalnya gue tidak bisa memberanikan diri gue untuk menulis kalimat yang ingin gue ungkapkan ke dia. Misalnya, Hai, aku homo!. Nah, SMS itu yang membuat gue jadi orang gila betulan atau disangka homo betulan. Berikut adalah percakapan antara gue dengan cewek tersebut di SMS:       

Gue: Hai
Cewek: (gak di balas, mungkin gak ada pulsa)
Beberapa menit kemudian
Cewek: ini siapa?
Gue: ini gue, Hariyo
Cewek: (gak di balas, mungkin gak ada sinyal)
Gue: Aku mau ngomong sesuatu nih
Cewek: (Cuma read doang, beberapa menit kemudian, dia membalas) ngomong apa?
Gue: (Mulai mikir keras mau ngomong apaan, kalau gue bilang lo itu pendek, pasti bakal                    ada masalah besar)
Gue: Gini, entar pas pemindahan kursi, lo mau duduk sama siapa?
Cewek: Gak tau, mungkin sama Andika atau yang lain, emang kenapa?
Gue: (Mulai keringatan) sebenarnya…..
Cewek: sebenarnya apa?
Gue: (Langsung memberanikan diri) sebenarnya gue ingin duduk sebangku sama lo!
Cewek: Oh

Gue mulai curiga, kenapa cewek tersebut hanya membalas “oh” aja?. Biasanya kalau ada hal beginian, respon dari cewek pasti antara dia gak mau balas karena atau gak peduli sama sekali. Beberapa menit kemudian, SMS pun masuk dan cewek tersebut membalas. Gue membaca dengan wajah penuh ketakutan.

Cewek: Sorry tadi di bajak. Itu tadi teman gue yang balas.
Gue: (Anj*ng, kampret, tahi).

Gue mulai panik. Mampus ini gimana cara menghadapinya. Rahasia langsung terbongkar. Ini menjadi permasalahan besar bagi gue. Gue kan bego, kalau hal beginian tiba-tiba terjadi, gue bisa pipis sampe 1 galon penuh per-hari.

Esoknya di sekolah, gue berpura-pura diri dengan ekspresi banci amatiran. Gue berpura-pura tidak mengetahui situasi yang melanda emosional gue saat mengetahui bahwa SMS tersebut di balas oleh teman si cewek tersebut. Teman si cewek tersebut menghampiri gue, dan berkata kalau gue beneran suka dengan cewek tersebut, dan gosip tersebut disebarluaskan, mirip seperti gosip para ibu-ibu yang mau ke kondangan.

Setelah itu, akhirnya, cewek tersebut menaburkan bumbu-bumbu kebencian terhadap gue. Dia cuek dengan gue, dia sebel dengan gue, dan dia menjauhi gue, karena gue lupa pake deodoran. Pengalaman yang paling tidak terlupakan adalah di saat gue duduk sebangku dengan cewek tersebut atas permintaan Wali Kelas. Kami juga kompak dalam pelajaran apapun, tetapi tidak pernah sekalipun terciptanya dialog cinta yang romantis. Malah, gue di kira psikopat gara-gara berdiam diri selama 1 bulan.

Kejadian tersebut pun berlalu. Gue di pindahkan kembali lagi seperti semula. Karena gak tahan dikira psikopat. Setelah kejadian itu berlalu, gue mendapat suatu pelajaran bahwa, cinta itu membutuhkan suatu perjuangan yang tiada henti. Cinta itu tidak bisa langsung menerima apa yang ingin kita rebutkan. Tapi cinta memandang hati kita. Cinta itu bisa gak lulus sensor, karena wajah kita yang gak lulus sensor, ya terkadang sih seperti itu. Dibalik kata manis, pasti ada pahitnya. Dan itulah realita dari cinta.

Beberapa tahun kemudian, gue pun naik kelas 3 SMP, kenangan gue akan cinta akan hangus di sini. Semua kenangan-kenangan yang gue lalui dengan si cewek tersebut gue buang ke tong sampah. Cinta yang membuat kita merasakan hebatnya rasa sakit yang mendalam. Gue mendapat gosip, bahwa cewek tersebut telah berpacaran dengan seorang bocah yang bahkan rumornya adalah seorang anak kelas 1 SMP. Gue heran. Dunia terbalik 360 derajat.

Gue pun melupakan semua tentangnya. Gue baru sadar, bahwa selama ini, gue menyukai seseorang yang bahkan tidak pantas gue cintai. Yang membuat gue selalu terpuruk dan tidak bisa berucap apapun.

Beberapa hari kenaikan kelas, gue tidak menyukai siapapun untuk sementara. Karena memang gak ada cewek satupun yang gue suka. Tapi beberapa hari kemudian, gue jatuh cinta dengan cewek yang satu ini. Dia merupakan murid kelas sebelah kelas gue. Gue pun mencari segala informasinya. Dan lagi-lagi, dia adalah teman SD gue.

Di mulai dari Facebook, Twitter, dan Instagram. Gue juga kebetulan berhasil mendapatkan pin BBM-nya. Tapi yang paling sering sih di Facebook. Gue sering sekali like semua postingan-postingan fotonya. Bahkan, gue tidak pernah sekalipun untuk tidak like semua postingan dia. Bayangin, gue ngebuang waktu banyak cuma untuk like semua postingan yang gak berguna tersebut.

Sering sekali chatting bareng dia. Gue sering membantu semua hal-hal yang membuat dia menjadi kesusahan. Misalnya, tugas sekolah. Gue sering banget membantu semua tugas sekolah dia. Namun terkadang, yang gue berikan malah bersalahan semua. Terkadang, cinta itu unik dan nyebelin. Seperti gue suka dengan cewek tersebut. Tapi terkadang gue cemburu dengan orang-orang yang dekat dengannya. Contoh, postingan Facebooknya di like oleh seorang laki-laki yang memiliki kualitas yang lebih baik dari gue. Gue pun cemburu. Bayangin, postingan yang gak berguna sama sekali di like oleh cowok, dan gue cemburu, ini setara dengan level cabe-cabean.

Terkadang rasa cemburu gue muncul, ketika cewek tersebut selfie bareng dengan seorang cowok yang kebetulan adalah teman SD gue. Hal ini membuat gue berjuang untuk mendapatkan hatinya. Gue dibantu oleh teman-teman gue. Ada 3 orang, semua cowok dan syukurlah mereka gak homo. Kebetulan, waktu itu sekolah mengadakan sebuah acara yang sedikit ngawur tapi menguji keberanian kita. Yaitu, mengirim surat kepada seseorang. Cowok kirim ke cewek dan cewek kirim ke cowok.  Yang mengantar surat nanti adalah anak TK, beneran anak TK. Gue pun berpikir kembali, gimana kalau gue kirim surat kepada cewek tersebut? jika surat itu diterima, apakah perasaanya padaku akan berubah? apakah kita akan menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Dika Jayawibowo?. Khayalan yang penuh dengan penderitaan, sampai-sampai nama anak pun terpikirkan.
3 teman gue membantu gue untuk menulis surat tersebut. Isi surat tersebut adalah (gue cuma ingat sedikit) ‘Halo, aku selalu memandangmu dari atap rumah gue (padahal jarak rumah puluhan km). Gue ingin mengenal lo lebih dalam lagi.’

Setelah surat tersebut tersampaikan ke cewek tersebut, terjadinya gosip-gosip ibu-ibu cabe-cabean. Teman dekat cewek tersebut mulai mengira bahwa pengirim surat tersebut adalah gue. Namun, gue berpura-pura tidak tau siapa pengirimnya.


Esok harinya, gue membuka Facebook gue. Tiba-tiba, semua postingan gue gak dilikenya. Gue terkejut dan panik. Gue pun mulai menulis postingan ngawur, seperti ini: ‘Maaf aku sudah melakukan sebuah kesalahan terhadapmu, aku harap kamu bahagia nanti.’ Dan betul, sekarang dia sudah bahagia dengan cowok lain, kampret!. 

No comments:

Post a Comment