Kemarin,
gue berencana sehabis pulang sekolah, ingin pergi ke CP. Kebetulan ada beberapa
teman gue yang pergi ke sana juga, jadi ikutan aja. Sesampai di sana, mereka
langsung naik lift dan menekan tombol Lantai 3A. Setelah sampai, semuanya
langsung berlari seperti orang gila dan ternyata malah berlari ke tempat
permainan, Amazing (nama tempatnya Amazing).
Gue
sendiri yang merasa kelelahan duduk di kursi yang tersedia disana. Sekalian
melihat mereka bermain, gue membuka laptop gue dan mulai browsing. Kebetulan,
di sekitar Mall ada food courtnya, jadi gue ngemil Wi-Fi bentar. Eh, tau-taunya
pake password. Mau minta password malah gak enak, dikira gak beli makan di food
courtnya, malah minta password Wi-Fi.
Gak
ada cara lain, selain mencari password tersebut di Google. Namun sayang,
kekuatan dari sinyal tersebut sangatlah memprihatinkan. Kebetulan, gue lagi
lapar. Gue pergi ke food court sebelah yang tak jauh jaraknya dari Amazing.
Kirinya Amazing, depannya XXI, kanannya tempat makan steak. Food courtnya
bernama Eat&Eat, yang dulu pernah gue kira itu sebagai pasar sayur. Dan
sekarang, gue pergi makan di sana. Semoga gue di ampuni.
Barang-barang
gue, gue letakkan di meja makan. Gue langsung bergegas berkeliling mencari
makanan apa yang pantas untuk perut gue. Sambil ngeluarin dompet (biar dikira
banyak uang, paling isinya kartu nama semua), gue berkeliling dan tidak dapat
apa-apa. Akhirnya, pilihan gue jatuh pada Nasi Ayam yang gue lupa namanya.
Pertama
kali makan disana itu, pasti awalnya kita gak tau system pembayarannya gimana.
Gue memesan makan, gue ambil sendiri, terus gue keluarin uang Rp 50.000 gue,
dan di tolak (lo kira gue mau nembak elu?). “Mas, sistem pembayarannya pake
kartu, silahkan beli kartunya dulu di depan.”
Gue
heran. Gue datang kesini beli Nasi Ayam untuk makan, bukan beli kartu gak
jelas, terus gue makan. Gue ikutan apa yang di katakan kakak tersebut. Gue
membeli kartu yang harganya Rp 50.000. Gue pun akhirnya membayar memakai kartu
tersebut. Saat gue bayar, gue kembali ke meja dan gue melupakan sesuatu.
NASINYA LUPA GUE AMBIL. Gue langsung berlari. Mbak-mbaknya malah ngetawain gue.
Gue tertawa sendiri.
Sambil
menikmati makanan tersebut, gue membuka Wi-Fi. Karena gak tau password, gue
terpaksa bertanya kepada mas-mas yang ada di sana. Selesai makan, gue langsung
browsing. Kebetulan gue ada kerjaan penting dan di beri tugas membuat mading
sekolah. Gue langsung mengandalkan Wi-Fi biar irit budget.
Tiba-tiba,
saat gue browsing, ada seorang mbak-mbak dari dunia lain, eh maksudnya gak tau
dari mana, langsung menghampiri gue.
“Halo,
Mas, lagi apa ya? Boleh duduk gak atau berdiri aja, nih?”
Gue
pengen ngancam dia dan berkata seperti ini, “GAK BOLEH DUDUK DAN GAK BOLEH
BERDIRI. GUE MAU LO SEKARANG LONCAT DARI TANGGA,” tapi mungkin ujung-ujungnya
gue di kira lagi syuting sinetron Ganteng-Ganteng Somplak.
“Berdiri
aja, mbak, banyak barang nih,” sahut gue sambil senyum gak karuan. “Begini,
kami dari Yayasan (gue lupa namanya) ingin mempromosikan kepada anda dalam
project kami.” Gue Cuma nyahut gak jelas. “Mas, masih sekolah udah kerja?”, “Saya
masih sekolah,” “Sekolah dimana?”, “Methodist-2,” “Dimana itu?”, “Ituloh, di
Jalan Asia Barat Laut, naik kapal nomor 45 dari sendiri terus langsung terjun
ke laut di makan sama hiu-hiu yang lagi patah hati,” (gak mungkin gue bilang
seperti itu).
Gue
di perlihatkan sebuah brosur yang memperlihatkan sebuah sponsor gak jelas dan
di jelaskannya ke gue, tapi gak ada yang gue masukin ke otak gue sama sekali.
Yang ada di pikiran gue adalah, “CEPAT PERGI DARI SINI, CEPAT PERGI DARI SINI,
TOLONG SAYA, TOLONG.” Akhirnya, ada yang mendengar suara gue. Tiba-tiba,
pelayan di food court tersebut meminta mbak-mbak tadi untuk keluar karena
dilarang melakukan hal tersebut tanpa izin. Managernya juga datang dan ikut
membantu. Terima Kasih atas pertolongan kalian, ngomong-ngomong ini semua
gratis kan?.
Gue
merasa gak nyaman, langsung bergegas keluar dan mencari teman gue di tempat
permainan tadi. Karena melihat mereka sibuk bermain, gue kembali ke bawah dan
menuju ke toko buku Paper Clip. Tau-taunya, datang Cuma keliling-keliling
doang, abis itu keluar. Merasa kalau waktunya sudah harus pergi, karena gue ada
janjian bareng teman gue untuk membuat mading tersebut. Karena tidak ada
transportasi apapun, terpaksa gue naik becak.
“Mas,
becak mas, ke Methodist-2 berapa?”, “Cuma Rp 20.000 aja, dek.” Aja? AJA? CUMA
RP 20.000 AJA?. Gue harus memilih, gue dengan bego membayar uang itu atau gue
tidak pergi-pergi sekarang?. Akhirnya, gue milih jadi bego. “Sebentar ya dek,
tadi lagi main Facebook, kebetulan ada Wi-Fi gratis.” Gue melihat ada laptop di
belakang becak tersebut. Wowowow, ada tukang becak pake laptop, main Facebook,
pake Wi-Fi gratis? Gue kalah, gue kalah. Semestinya, gue merekomendasi tukang
becak tersebut untuk main Instagram, Snapchat, Path, LINE, blablabla. Lama-lama
gue jadi penyebar alay bagi tukang becak sekitar.