Friday, November 6, 2015

Cuma Kebetulan

Kemarin, gue berencana sehabis pulang sekolah, ingin pergi ke CP. Kebetulan ada beberapa teman gue yang pergi ke sana juga, jadi ikutan aja. Sesampai di sana, mereka langsung naik lift dan menekan tombol Lantai 3A. Setelah sampai, semuanya langsung berlari seperti orang gila dan ternyata malah berlari ke tempat permainan, Amazing (nama tempatnya Amazing).

Gue sendiri yang merasa kelelahan duduk di kursi yang tersedia disana. Sekalian melihat mereka bermain, gue membuka laptop gue dan mulai browsing. Kebetulan, di sekitar Mall ada food courtnya, jadi gue ngemil Wi-Fi bentar. Eh, tau-taunya pake password. Mau minta password malah gak enak, dikira gak beli makan di food courtnya, malah minta password Wi-Fi.

Gak ada cara lain, selain mencari password tersebut di Google. Namun sayang, kekuatan dari sinyal tersebut sangatlah memprihatinkan. Kebetulan, gue lagi lapar. Gue pergi ke food court sebelah yang tak jauh jaraknya dari Amazing. Kirinya Amazing, depannya XXI, kanannya tempat makan steak. Food courtnya bernama Eat&Eat, yang dulu pernah gue kira itu sebagai pasar sayur. Dan sekarang, gue pergi makan di sana. Semoga gue di ampuni.

Barang-barang gue, gue letakkan di meja makan. Gue langsung bergegas berkeliling mencari makanan apa yang pantas untuk perut gue. Sambil ngeluarin dompet (biar dikira banyak uang, paling isinya kartu nama semua), gue berkeliling dan tidak dapat apa-apa. Akhirnya, pilihan gue jatuh pada Nasi Ayam yang gue lupa namanya.

Pertama kali makan disana itu, pasti awalnya kita gak tau system pembayarannya gimana. Gue memesan makan, gue ambil sendiri, terus gue keluarin uang Rp 50.000 gue, dan di tolak (lo kira gue mau nembak elu?). “Mas, sistem pembayarannya pake kartu, silahkan beli kartunya dulu di depan.”
Gue heran. Gue datang kesini beli Nasi Ayam untuk makan, bukan beli kartu gak jelas, terus gue makan. Gue ikutan apa yang di katakan kakak tersebut. Gue membeli kartu yang harganya Rp 50.000. Gue pun akhirnya membayar memakai kartu tersebut. Saat gue bayar, gue kembali ke meja dan gue melupakan sesuatu. NASINYA LUPA GUE AMBIL. Gue langsung berlari. Mbak-mbaknya malah ngetawain gue. Gue tertawa sendiri.

Sambil menikmati makanan tersebut, gue membuka Wi-Fi. Karena gak tau password, gue terpaksa bertanya kepada mas-mas yang ada di sana. Selesai makan, gue langsung browsing. Kebetulan gue ada kerjaan penting dan di beri tugas membuat mading sekolah. Gue langsung mengandalkan Wi-Fi biar irit budget.

Tiba-tiba, saat gue browsing, ada seorang mbak-mbak dari dunia lain, eh maksudnya gak tau dari mana, langsung menghampiri gue.

“Halo, Mas, lagi apa ya? Boleh duduk gak atau berdiri aja, nih?”
Gue pengen ngancam dia dan berkata seperti ini, “GAK BOLEH DUDUK DAN GAK BOLEH BERDIRI. GUE MAU LO SEKARANG LONCAT DARI TANGGA,” tapi mungkin ujung-ujungnya gue di kira lagi syuting sinetron Ganteng-Ganteng Somplak.

“Berdiri aja, mbak, banyak barang nih,” sahut gue sambil senyum gak karuan. “Begini, kami dari Yayasan (gue lupa namanya) ingin mempromosikan kepada anda dalam project kami.” Gue Cuma nyahut gak jelas. “Mas, masih sekolah udah kerja?”, “Saya masih sekolah,” “Sekolah dimana?”, “Methodist-2,” “Dimana itu?”, “Ituloh, di Jalan Asia Barat Laut, naik kapal nomor 45 dari sendiri terus langsung terjun ke laut di makan sama hiu-hiu yang lagi patah hati,” (gak mungkin gue bilang seperti itu).

Gue di perlihatkan sebuah brosur yang memperlihatkan sebuah sponsor gak jelas dan di jelaskannya ke gue, tapi gak ada yang gue masukin ke otak gue sama sekali. Yang ada di pikiran gue adalah, “CEPAT PERGI DARI SINI, CEPAT PERGI DARI SINI, TOLONG SAYA, TOLONG.” Akhirnya, ada yang mendengar suara gue. Tiba-tiba, pelayan di food court tersebut meminta mbak-mbak tadi untuk keluar karena dilarang melakukan hal tersebut tanpa izin. Managernya juga datang dan ikut membantu. Terima Kasih atas pertolongan kalian, ngomong-ngomong ini semua gratis kan?.

Gue merasa gak nyaman, langsung bergegas keluar dan mencari teman gue di tempat permainan tadi. Karena melihat mereka sibuk bermain, gue kembali ke bawah dan menuju ke toko buku Paper Clip. Tau-taunya, datang Cuma keliling-keliling doang, abis itu keluar. Merasa kalau waktunya sudah harus pergi, karena gue ada janjian bareng teman gue untuk membuat mading tersebut. Karena tidak ada transportasi apapun, terpaksa gue naik becak.


“Mas, becak mas, ke Methodist-2 berapa?”, “Cuma Rp 20.000 aja, dek.” Aja? AJA? CUMA RP 20.000 AJA?. Gue harus memilih, gue dengan bego membayar uang itu atau gue tidak pergi-pergi sekarang?. Akhirnya, gue milih jadi bego. “Sebentar ya dek, tadi lagi main Facebook, kebetulan ada Wi-Fi gratis.” Gue melihat ada laptop di belakang becak tersebut. Wowowow, ada tukang becak pake laptop, main Facebook, pake Wi-Fi gratis? Gue kalah, gue kalah. Semestinya, gue merekomendasi tukang becak tersebut untuk main Instagram, Snapchat, Path, LINE, blablabla. Lama-lama gue jadi penyebar alay bagi tukang becak sekitar.