Wednesday, March 23, 2016

Parno Itu Berguna

Gue gak pernah membayangkan orang-orang yang di undang ke sebuah acara tv tentang uji nyali memiliki nyali yang cukup besar. Atau bahkan, dia yang tiba-tiba kebetulan punya ilmu tersendiri. Bisa melihat penampakan, makhluk astral, orang yang sedang berpacaran, gandengan tangan, cipika-cipiki, pakai baju couple (ini acara katakan putus atau uji nyali?).

Kalau sejak kecil, ketakutan akan selalu muncul ketika mati lampu, apalagi saat mandi di kamar mandi (ya iyalah masa di kantor BP). Yang akan menakuti kita saat mandi diantaranya, kecoa, ikan hiu, dan hantu gak ada kerjaan yang menakuti orang mandi. Menurut gue, sebenarnya hantu Indonesia itu gak ada yang seram-seram, gak sama sekali.

Gue gak kebayang ya, suster nyesot menakuti manusia-manusia yang ada di Indonesia. Kalau misalnya ketemu pun, biarin aja lewat. KAN DIA NYESOT. Nyesot paling butuh sejam buat nyampe ke rumah gue. Kita bisa lari dan dia cuma nyesot. Bayangin aja, saat kita lari menuju tangga, gimana caranya suster nyesot mendaki?. Paling ketemu cleaning service di pel wajahnya, “Maaf, gembel gak boleh kesini.”

Saat SD, gue selalu parno-parno-in dengan cerita-cerita mistis. Gue sering dapat kabar gosip ibu-ibu tetangga begini, “Ih, jeng, tadi eike melihat wanita kepala puntung loh.” Kalau misalkan ibu-ibu tersebut gosipinnya ke gue, gue akan jawab, “Bu, sepertinya anak ibu yang masih 3 tahunan puntungin kepala barbienya lagi ya?”.

Tapi terkadang, parnoan itu sangat beguna sekali. Biasanya manfaat parno itu untuk berjaga-jaga. Kalau misalnya ketemu sama Dokter dan suster,
“Eh, kayaknya susternya mau aborsi, nih. Sambil ajak Dokter segala ke ruang operasi”
“ITU MAU OPERASI IBU MELAHIRKAN, KAMPRET.”

Tadi siang, gue sambil membawa laptop ini ke sebuah cafĂ©. Sambil ngopi dan makan donat, gue browsing dan mencari wifi. Lalu, tiba-tiba datanglah seorang bapak-bapak dengan menggunakan kaos putih polos, celana pendek, pakai jam tangan, dan membawa minyak angin super pedas duduk di depan gue. Meja kami memang pisah, tapi posisinya sangat dekat. Saat gue lagi mengetik, bapak-bapak ini melihat gue dengan tatapan serius. Anjrit, gue mau di apain, pikir gue dalam hati. Gue pura-pura gak lihat, tapi dari tatapan bapak ini, gue menjadi keringat dingin. Gue tetap memandang laptop gue, padahal sebenarnya gue cuma pura-pura ngetik. Bapak ini, secara langsung memanggil pelayan, “Mas, saya pesan kopi yang begini” kata bapak ini sambil nunjuk kopi gue. Ini yang gue curigai.

Kenapa tiba-tiba dia memesan kopi yang seperti gue pesan. Kenapa gue malah diam, bukannya lari. Tapi kalau gue lari sekarang, mungkin bapak ini akan menangkap gue, memeluk gue, dan sambil berkata, “CIUM KETEK SAYA, NAK, CIUM  KETEK SAYA!” sambil membayangkan, kayaknya jorok sih.

Beberapa jam gue duduk disana. Bapak ini masih melihat gue. Entah ada apa dengan diri gue. Lalu, ketika dia mengangkat telepon, gue sempat berpikir kalau bapak ini akan berkata, “Hei bro, gue dapat mangsa baru, ganteng, seksi, hitam lagi. Hmmm, menggoda sekali” dan ketika dia berkata hal itu, gue akan menjawab, “Maksud bapak orang yang di sebelah gue? Silahkan-silahkan.”

Akhirnya, bapak itu pun pergi meninggalkan 2 gelas kopi yang ia pesan. Gue hanya merasa hati gue lega karena gue gak jadi menjadi korban pedofil. Tapi kalau itu memang terjadi, gue bakal masuk berita, di siarkan keseluruh dunia jadi trending topic, dan gue di coret dari kartu keluarga. Gue bisa berak dengan tenang.


No comments:

Post a Comment