Tuesday, February 16, 2016

Coklat Valentine Pertama

Sebentar lagi sudah mau valentine. Hari dimana gue harus meratapi kesedihan gue karena gue jomblo, hari dimana gue harus menikmati segala penderitaan melihat orang-orang saling bertukar coklat, dimana gue harus lempar benda coklat yang gue keluarkan saat di kamar mandi kepada orang yang menyiksa gue. Tapi kayaknya jijik, sih.

Gue sempat mikir, apakah ada orang yang mau memberikan coklat atau gak?. Ya bagi gue, mau coklat pertemanan maupun coklat pernyataan cinta gue bakal terima. Tapi kalau soal pernyataan cinta, kayaknya gak mungkin.

Teman-teman gue juga sudah mulai menyiapkan coklat mereka masing-masing. Saat imlek, mereka mulai menyibukan diri untuk pergi membeli coklat. Teman gue misalnya, Ricko. Ricko merupakan seorang laki-laki yang penuh kharisma, agresif, pintar, dan sedikit aneh. Dia berencana di hari valentine ini memberikan sebuah coklat kepada salah seorang senior dari bimbingan Astronomi di sekolah, yaitu Bambang, maksud gue Savira. Karena tahu akan hal itu, gue pun sering mengganggui dia, bahkan sering sekali gue membuat meme untuk dia. Kelihatannya memang bahagia sekali ketika menganggu seseorang yang ingin membalas coklat, tapi di guenya itu kayak gajah dewasa lagi boker di kamar mandi gue, mungkin kagak muat.

Teman gue selanjutnya, Afandi. Sama seperti halnya Ricko, Afandi merupakan salah seorang murid bimbingan Astronomi yang sedang ingin memberikan coklat kepada seniornya yang bekerja sampingan sebagai tukang kebun di halaman rumah gue (sorry yang ini namanya Samsudin), maksudnya yang juga merupakan teman dari Savira, yang bernama Catrine, kalau di eja terdengar seperti Catering, oke Afandi maaf. Afandi adalah seorang laki-laki yang berdarah Asia-Afrika, mungkin dia punya keluarga di Zimbabwe, dan kalau datang ke ruangan gelap bisa berkamuflase.

Teman gue terakhir bernama Richard. Kalau yang ini, tidak usah di bahas lagi, karena dia tidak jomblo. Kalau yang seperti Afandi dan Ricko, merupakan bukan jomblo, tapi calon (bukan calon jomblo tapi calon mau punya pacar, gitu).

Coklat mereka lumayan gede. Ada yang beli coklatnya mahal, tapi bungkus kadonya murah, ada yang beli coklat murah, tapi bungkus kadonya mahal (ini mau kasih coklatnya atau bungkus kadonya aja?).

Ketika gue melihat teman gue pada sibuk membelikan coklat yang istimewa, gue langsung meratapi kesedihan, karena kejombloan gue, karena gue belum bisa pdkt dengan baik, atau bahkan ketemu Nyokapnya aja gue masih bisa pdkt dengan baik (maksudnya bukan pdkt dengan Nyokapnya).

Gue sering sekali menulis status-status di Line ataupun di Twitter dan gue berharap ini menjadi sebuah kode yang bagus, memasang wajah kasihan karena tidak mendapatkan coklat. Valentine berlangsung pada hari minggu dan gue hanya bisa membuat status “Happy Valentine Day”, sekalian membuka instagram, melihat postingan penderitaan gue yang tak lain melihat foto-foto coklat valentine yang dimiliki oleh orang yang sudah pacaran. Gue masih kuat.

Siangnya, gue di ajak ke pantai. Gue ngerasa ini tempat yang pas untuk menghilangkan sedikit rasa sakit mendalam ketika berada di hari non-nasional ini. Saat gue pergi ke pantai, gue seharusnya sudah menyadari bahwa pantai merupakan tempat di mana orang-orang bisa berpacaran dengan baik. Sesampai di pantai, gue hanya bisa melihat penderitaan gue, melihat orang yang bergandengan tangan, foto selfie romantis, pakai baju couple, berpelukan, mengapung di pantai di tambah dengan memakai baju warna kuning jadi keliatan seperti kotoran yang mengapung.

Saking keselnya, gue membujuk Bokap gue untuk pulang dan sekalian menjemput Abang gue di Airport yang baru pulang dari Surabaya. Saat gue menjemput, gue melihat Abang gue membawa sekotak coklat. Wow, kabar baik untuk gue. Kayaknya gue bakal dapat coklat. Tahu-tahunya saat sampai di rumah, Abang gue membelikan sebuah coklat untuk di bawa kesekolah. Tai.

Esoknya kami ke sekolah. Gue dan teman-teman gue berencana menonton film Deadpool. Ya, untuk merayakan penderitaan gue di valentine yang ke 11 kalinya, gue pun menonton film action Kebetulan film Deadpool ini ada komedinya, jadi gue tertawa sedikit, kalau tertawa banyak pengunjung di bioskop bisa mengira kalau ada babi di sembelih.

Saat menonton selesai, gue pun pulang kerumah, dengan hati yang lega dan tidak ada yang namanya valentine lagi. Sore harinya, gue lagi naik bus melihat pesan LINE dari teman gue yang berkata kalau kami semua cepat sekali pulangnya. Gue bingung, emang ada apa kalau kami gak cepat pulang?. Teman gue berkata lihat saja besok. Gue sedikit curiga, tapi bodo amat. Btw, teman gue yang ini bernama Verin, dan yang parahnya dia juga mendapatkan coklat, oke gak apa-apa gue masih kuat.


Esoknya gue datang ke sekolah dengan memakai kaos lengan panjang bertuliskan Thug Life, memakai jam tangan merek Rip Curl kawe, gue meletakan tas gue di meja. Tiba-tiba Verin memanggil gue dan memberikan coklat kepada gue dan teman-teman gue yang jomblo. Wow, gue sangat bahagia. Akhirnya gue bisa tidur dengan tenang, tidak meratapi kesedihan, dan merasakan penderitaan yang amat mendalam. Meskipun hanya coklat pertemanan, tidak apa-apa. Ini merupakan coklat pertama gue dari 11 kali hari valentine terjadi. 

2 comments: