Friday, July 8, 2016

Pesta Ulang Tahun

Sejak TK, perayaan ulang tahun sudah pernah gue lewati. Gue masih ingat pertama kali gue datang ke sebuah acara ulang tahun teman gue namanya Ratna. Acara masih seperti acara anak TK baru akil balik kebanyakan. Ada begitu banyak kue dan telur warna merah, sepertinya perlu di kerok karena masuk angin.

Acara terebut juga ada pembawa acara atau MC. MC-nya adalah seorang ibu-ibu sok gaul. “Hai, guys, kita akan merayakan ulang tahun dari Rranatha..” wajah gue sempat terkena air dari mulutnya ketika dia menyebut nama Ratna yang begitu gaul.

Selain datang ke acaranya, gue juga ikut serta dalam games yang disediakan. Gamesnya seperti menghitung jumlah anggur dan lomba membuka kulit jeruk. Gue mengikuti games pertama, yaitu lomba menghitung anggur. Lomba dimulai dengan kekalahan gue dalam berhitung. Ini bisa memperlihatkan sisi bego dari seorang Hariyo Wibowo, menghitung anggur saja bayi 5 bulan juga bisa.

Lomba selanjutnya yaitu mengupas kulit jeruk dan dimenangkan oleh gue. Pertama kalinya gue menang dengan bangga dalam sebuah games bocah, yaitu mengupas kulit jeruk. Ini bisa memperlihatkan sisi cemen dari seorang Hariyo Wibowo, mengupas jeruk saja Mama Lauren juga bisa.

Hadiah yang gue dapat dari kemenangan gue adalah sebuah botol minum plastik dan bonus jeruk yang baru gue kupas. Jeruknya gue makan dan botol minumnya gue bawa pulang, botol minum yang sekarang menjadi tempat dimana peliharaan gue pipis, kreatif bukan? Bego bukan?

Acara ulang tahun kedua yang gue hadiri sekitar beberapa bulan yang lalu yang diadakan di Restoran Kalasan. Saudara gue yang sudah mempunyai anak genap berumur 5 tahun. Dia menyuruh gue untuk datang ke acara tersebut. Gue memakai kaos merah, jam tangan, dan kacamata. Dan jangan lupa celananya juga, untuk ingat pakai celana.

Gue datang ke acara ulang tahun tersebut dan diawali dengan makan-makan. Porsi yang gue ambil cukup besar. Ada ayam, kari, kerupuk, sayur, dan lain-lain. Gue membawa makanan gue ke meja yang gue duduk tadi. Pergaulan bisa dilihat dari seseorang yang duduk dengan siapa. Jadi ketika gue duduk di meja yang tadi gue duduki, ternyata isinya ibu-ibu dengan membawa anak, tragis sekali saudara-saudara.

Gue makan dengan canggung sekali. Anak-anak pada bermain balon dan berteriak berisik. Ada yang terjatuh, menangis, lari-lari, muay thai, dan lain-lain.

Setelah selesai makan gue memandangi sekitar. Entah apa yang harus gue lakukan saat ini. Gue hanya bisa berdiam diri dari posisi gue. Melihat cewek-cewek cantik yang sedang makan dan saat melihat, ada ibu-ibu membalas tatapan gue dengan mata di kedip-kedip sambil senyum-senyum. Sepertinya cewek itu mempunyai tameng untuk melindungi diri.

Tiba-tiba ada anak-anak bermain balon dan dia terjatuh. Gue membangunkannya dan memberinya balon agar dia tidak menangis. Dia tersenyum dengan gue dan akhirnya pergi.

Gue senang sih dia tersenyum dengan gue. Tapi pertanyaan adalah apa arti dari senyuman itu? Apakah ini yang dinamakan cinta? Kenapa gue terpengaruh dengan penyakit pedofil ini, sih?

Ketika gue menyelamatkan anak tersebut, tiba-tiba ada ibu-ibu di samping gue memanggil gue, “Baik banget, ya Pak.”

“Gak, kok biasa aja” kata gue, malu tak tahu malu.

“Istrinya sudah hamil berapa bulan?”

“WHAT?” kata gue, kaget.

Istri? Hamil? Gila, sejak kapan gue punya istri? Gue bingung harus menjawab gimana. Seorang ibu-ibu mengira gue telah mempunyai istri dan hamil. Tolong jangan berburuk sangka, saya tidak menghamili anak orang, anak orang yang menghamili saya (lho?).

“Saya belum punya istri, bu, saya masih sekolah” kata gue, keringatan.

“Oh, saya pikir sudah punya. Tampangnya seperti om-om sih. Kalau om-om wajahnya begini, aduh saya pengen banget tahu” kata ibu itu sambil tertawa.

Gue sempat mendengar kalimat itu, gue berpikir: Gue mirip om-om?

Beberapa pertanyaan yang gue dapatkan ketika gue berada di acara ulang tahun tersebut adalah:

1.      Kenapa saya dikira om-om?
2.      Kenapa saya disukai ibu-ibu?
3.      Kenapa saya dikira mempunyai istri yang sedang hamil
4.      Kenapa saya harus berada di acara aneh ini?

Hal ini membuat gue sedikit tidak tenang. Beberapa jam kemudian, gue bersama lainnya kembali pulang ke rumah. Sesampai di rumah, Nyokap menyapa gue dan bertanya-tanya.

“Gimana makanannya, enak?”

“Lumayan” kata gue.

“Banyak ketemu cewek-cewek cantik, ya?” tanya Nyokap, curiga.

“Iya, cantik-cantik, hahaha” kata gue, tertawa garing.

Gue kembali masuk ke kamar gue dan tidur. Seolah ingin melupakan pertanyaan tadi. Cewek-cewek cantik yang gue temui ternyata ibu-ibu. Dan kalau gue kasih tahu ke Nyokap, dia malah akan semakin berdebat dengan gue tentang hal ini. “Apa? Kamu disukai ibu-ibu? Seharusnya papa kamu disukai ibu-ibu itu. Dia ganteng dan tampan.”


Tragisnya seorang bocah SMA seperti gue dibandingkan dengan seorang om-om berkumis yang disukai ibu-ibu. Pantas aja gue jomblo. 

No comments:

Post a Comment