Sejak SD, gosip yang aneh-aneh sudah mulai disebar
ke sekolah. Ada yang mempunyai gosip kalau ujian mereka banyak yang merah, ada
yang mempunyai gosip kalau kepala sekolah ketahuan selingkuh, ada yang
mempunyai gosip kalau istri kepala sekolah juga ikutan selingkuh, dan gosip aneh
lainnya.
Di sekolah, gosip yang paling sering kita dengar
adalah: dulu sekolah ini adalah kuburan. Bukan hanya kuburan, ada juga gosip
tentang sekolah ini bekas penjara zaman Belanda, ada juga gosip tentang dulu
sekolah ini ada orang yang gantung diri. Gosip aneh pun perlahan-lahan
menyebar.
Saat SD, gosip yang gue dapat adalah sekolah ini
bekas kuburan. Gue percaya dan tidak percaya akan gosip tersebut.
“Emang kuburannya letaknya dimana?” tanya gue,
penasaran.
“Di kelas kita inilah” kata teman gue.
“Lah, ini kan lantai 2.” Teman gue diam, gue juga
ikut diam.
Gue gak bisa bayangin gimana tukang gali kuburan
menggali tanahnya di lantai 2 sekolah. Mungkin dulu lantai keramik kelas gue
ini teksturnya seperti tanah.
Karena gue orangnya sangat penasaran terhadap
sesuatu yang baru, gue memutuskan untuk melakukan investigasi. Sejak SD, gue
selalu melakukan penelitian tentang hal-hal yang baru saja terjadi dan membuat
gue penasaran. Ketika gue penasaran dengan lampu kulkas, maka gue akan melihat
lampu kulkas tersebut mati dengan menutup perlahan-lahan pintu kulkas
tersebut. Ketika gue penasaran terhadap wajah gue, gue pergi memandangi cermin
dan ternyata, gue jelek juga. Bahkan yang lebih parahnya, gue baru mengetahui
rupa gue ketika gue kelas 3 SD, kelas 3 SD gue pertama kalinya bercermin.
Investigasi yang gue lakukan adalah mencari bekas
atau jejak dan mencari bukti bahwa sekolah ini benar-benar bekas kuburan.
Lokasi investigasi pertama yang gue masuki adalah laboratorium sekolah. Ini
memang tidak ada hubungannya dengan kuburan, tetapi bisa saja ada bekas mayat
di dalam laboratorium tersebut. Siapa tahu dulu di laboratorium adalah lokasi dimana ada seorang dokter
psikopat yang membedah tubuh mayat, kamu jenius Hariyo.
Gue pergi ke laboratorium secara diam-diam. Bersama
dengan teman gue waktu itu, ada Hadi dan Ronny, kami bersama-sama masuk ke
dalam laboratorium. Kebetulan pintu laboratorium tidak terkunci, jadi kami
bebas menyusup. Investigasi dimulai. Di dalam lab terdapat barang-barang
penelitian, seperti mayat kodok, ular, ikan, dan lain-lain. Ada juga kerangka
manusia, ada patung sistem pencernaan dan pernapasan, dll. Hadi menyelidiki
kerangka tubuh manusianya, Ronny menyelidiki patung sistem pencernaan dan
pernapasan, dan gue menyelidiki mereka berdua sedang ngapain, kamu jenius
Hariyo.
Beberapa menit kami menyelidiki, masing-masing
melaporkan hasil penyelidikannya.
“Lapor, kerangka tubuh yang saya selidiki ternyata
bukan tulang beneran, tetapi terbuat dari kayu” kata Hadi, sambil memasang
wajah serius.
“Hmm, mungkin itu mayat sudah di awetkan”
“Tepat sekali, saya setuju” kata Hadi. Kami berdua
sama-sama bego dalam menyampaikan informasi.
“Lapor, patung sistem pencernaan dan pernapasan ternyata
bukan mayat yang diawetkan, tetapi terbuat dari plastik” kata Ronny, sambil
memperagakan posisi hormat.
“Hmm, mungkin itu mayat terinfeksi dengan zat
plastik yang diberikan oleh dokter psikopat itu”
“Tepat sekali, saya setuju” kata Ronny. Kami
bertiga, sama-sama bego dalam menyampaikan informasi. Tetapi menurut kami waktu
itu, kami sangat jenius.
Inti dari penyelidikan gue, Hadi, dan Ronny waktu
itu adalah seorang dokter psikopat. Kami bahkan tidak tahu dari mana informasi
tentang dokter psikopat itu datang.
Lokasi selanjutnya adalah tangga dekat kelas.
Tangga yang menurut kami waktu itu adalah tangga yang paling mistis di sekolah.
Kabarnya, ada setan berwajah merah dan berambut hitam panjang sering muncul
disitu. Yang gue pikirkan ketika mendengar kabar itu adalah Ki Joko Bodo lagi
nahan kentut.
Waktu itu sudah malam hari, kami diam-diam pergi ke
tangga dan menyelidikinya.
“Heii, lihat, ada bekas jejak kaki” kata Hadi,
berteriak.
“Wahh, ini benar-benar jejak kaki” kata Ronny,
histeris.
“Itu jejak kaki kalian sendiri, bego” kata gue
memarahi mereka. Tetapi terdengar aneh ketika ada jejak kaki di tangga, karena
waktu itu sudah malam, cleaning service juga sudah pulang, dan gak ada yang
ngepel di jam-jam segini.
“Guys, kayaknya kita harus ke lorong deh” kata gue,
penasaran. Kami bertiga masuk kedalam lorong secara diam-diam, dan tiba-tiba,
kami memang melihat ada bayangan seseorang sedang mengepel lantai.
“Har, mending kita pulang aja deh. Udah malam” kata
Hadi, takut.
“Iya, gue juga. Entar di marahi Bokap, besok lanjut
aja lagi” kata Ronny, khawatir.
Gue mengiyakan, “Baiklah, kasus ini kita lanjut
besok.”
Kami bertiga turun dari tangga dan bergegas pulang.
Waktu itu, tinggal kami bertiga yang belum pulang karena Bokap gue biasanya
sangat telat menjemput gue. Saat kami turun, kami bertemu satpam sekolah.
“Kok, belum pulang” tanya Satpam.
“Ada buku ketinggalan, pak” kata Hadi, berbohong.
Kami bertiga pergi menuju gerbang sekolah. Hadi dan
Ronny berjalan didepan gue. Gue berbalik ke belakang melihat ke atas siapa bayangan
yang lagi ngepel itu. Saat gue lihat dengan jeli, ternyata itu satpam lain yang
lagi ngepel. Karena gue penasaran, gue bertanya kepada satpam yang gue temui
tadi.
“Pak, itu teman bapak, ya?”
“Iya, saya suruh dia ngepel karena gak ada kerjaan.”
“Jadi, bekas ngepel tadi itu….”
“Iya, itu teman saya.”
Gue terdiam bentar. Esoknya di sekolah, gue ketemu
Hadi dan Ronny.
“Sorry, ya gue gak bisa ikutan investigasi”
“Kenapa?” tanya Hadi.
“Kata Bokap jangan pulang malam-malam, nanti
ditangkap setan.”
“Serem” kata Ronny setengah takut.
Gue kembali duduk di kursi gue dan berbicara dalam hati: kamu memang bego, Hariyo.
No comments:
Post a Comment