Olahraga merupakan salah satu rutinitas yang baik
karena dapat membuat tubuh kita terasa lebih sehat dan segar. Gue sangat suka
dengan olahraga. Olahraga yang gue suka adalah badminton, basket, bersepeda,
dan lari.
Diantara olahraga itu, salah satu keahlian gue ada
pada badminton, bersepeda, dan lari. Bermain basket bukan keahlian gue meskipun
gue menyukai olahraga tersebut. Kebanyakan gue bermain basket, kebanyakan juga
bolanya bisa mantul ke arah tak terduga. Gue pernah bermain basket bersama
saudara gue di rumah dan basketnya terlempar menuju rumah tetangga, bahkan gue
pernah bermain basket sampai-sampai bolanya tersangkut di pohon. Gue pelempar
bola yang baik.
Olahraga yang pertama gue coba adalah lari. Ya, memang
kebanyakan orang memulai olahraga dengan berlari. Ketika SD, gue merupakan
atlet lari terbaik di sekolah dan hebatnya gue gak pernah ikut kompetisi karena
gue menolaknya. Dan lebih parahnya, waktu itu gue orang nya sombong banget.
Sampai-sampai ketika gue ditawari untuk ikut lomba, gue menolaknya dengan
berkata, “Sorry, kompetisi seperti itu gak level sama gue.”
Awalnya, gue memang agak cupu dalam berlari. Otot kaki
gue dan kecepatan lari gue terlatih karena gue sering bermain lari-larian di
sekolah, bahkan sering jatuh dan terluka.
Perlahan-lahan gue diakui memiliki kecepatan lari yang
cepat. Bahkan gue pernah menembus 5 orang yang ingin menangkap gue saat gue
berlari. Gue emang keren, tapi itu dulu.
Namun semua itu berubah, ketika masa SMP gue dimulai.
Kemampuan berlari gue menurun dan akhirnya gue kembali cupu.
Di SMA, gue masih tidak bisa berlari dengan cepat,
tapi gue memiliki refleks yang baik. Salah satu kemampuan yang saat ini gue
punya adalah berjalan cepat. Dan kemampuan ini gue dapatkan ketika gue sedang
pergi nonton.
Waktu itu, kelas 2 SMA, di akhir tahun, film Boruto
tayang di Indonesia. Gue senang sekaligus mengajak beberapa teman gue. Ada
sekitar 5 orang yang berhasil gue ajak. Beberapa masalah pun terjadi.
Yang pertama transportasi dan yang kedua bioskop yang
menayangkan film tersebut lumayan jauh dari sekolah. Gue kepikiran untuk
mencoba aplikasi Gojek yang kebetulan gue mempunyai aplikasinya. Teman-teman
gue berencana untuk pergi menggunakan mobil.
“Har, lo mau ikut gak naik mobil?” tanya teman gue.
“Gak, gue naik Gojek aja” kata gue, pamer.
Memang sih, logika gue waktu itu adalah yang gue ajak
5 orang dan akan pergi dalam satu mobil. Agak sesak juga ketika 5 orang
tersebut menjepit gue. Gue bisa kehilangan oksigen.
Yang gue lakukan waktu itu adalah sangat cerdas tapi
bego.
Pulang sekolah, gue pergi mengantar adik gue menuju
bus. Gue jalan kaki kembali menuju sekolah dan memberitahu teman gue bahwa gue
sudah berangkat.
Gue pun mulai membuka aplikasi Gojek. Mata gue
agak-agak burem karena pantulan sinar matahari menuju layar handphone gue yang
begitu menyilau. Sehingga ketika gue membuka GPS gue dan mencari lokasi Lippo
Plaza tersebut, gue tidak berhasil mencarinya. Mungkin waktu itu gue agak
gaptek. Gue panik dan batere handphone gue tinggal sedikit. Gue gak ada pilihan
lain, akhirnya gue memutuskan untuk naik becak. Ketika gue berjalan menuju
pangkalan becak, gue meraba saku celana gue dan ternyata dompet gue ketinggalan
di rumah. Gue sangat panik. Film akan tayang jam 1 dan waktu menunjukkan pukul
12.30 siang. Itu berarti, waktu gue tinggal setengah jam lagi. Dengan melihat
waktu di jam gue, gue gak punya pilihan lain. Akhirnya, gue memilih jalan kaki
menuju Lippo Plaza, rute yang begitu jauh.
Gue berjalan cepat dibawah panas matahari yang
membara. Seketika gue sampai Jalan Kesawan dan berniat menyeberang menuju Jalan
Palang Merah. Ketika gue menyebrang, tiba-tiba ada sebuah mobil berwarna biru
cerah hampir menabrak gue. Depan mobil tersebut sudah mengenai bagian pinggang
gue. Gue pun menyeberang dengan berakhir dimarahi dan gue meminta maaf.
Sebenarnya dalam peristiwa tersebut, gue gak salah. Jelas-jelas itu lampu merah
dan mobil tersebut malah menerobos. Gak salah juga sih gue saat menyeberang
tapi begonya kenapa gue minta maaf padahal dia yang salah?
Gue kembali berjalan dengan tergesa-gesa. Gue seperti
orang yang baru mandi karena baju gue basah. Kaki gue sudah tidak kuat, tapi
gue gak akan menyerah, demi boruto sampai ke tujuan. Gue sampai di Jalan
H. Zainul Arifin lebih tepatnya, gue sampai di Sun Plaza yang bisa dikatakan
itu bukan lokasi yang dituju. Waktu itu gue tidak mengetahui lokasi Lippo Plaza
dimana. Gue mengingat perkataan gue tadi ketika dia memberitahu lokasi Lippo
Plaza dimana: “Lippo Plaza itu arah dari Sun Plaza itu, lurus aja udah sampai.”
Dengan kebegoan gue, akhirnya gue berjalan lurus yang
berujung pada gue tersesat. Yang gue lihat hanyalah mall Cambridge dan tidak
ada jalan lagi di sana. Depan gue adalah Jalan Gajah Mada dan kanan gue adalah
Jalan S.Parman. Gue berhenti duduk di jembatan dan tidak tahu harus bagaimana.
Waktu menunjukkan pukul 12.55, 5 menit lagi film tersebut dimulai. Gue
mengeluarkan handphone gue dan mengeluarkan Google Maps, mencari lokasi dimana
Lippo Plaza berada. Setelah gue cek, Lippo Plaza sudah lewat dari lokasi gue
berdiri saat ini. Gue bergegas bergerak mundur kembali dan menuju arah sesuai
arahan Google Maps. Sekitar 13 menit akhirnya gue sampai di Lippo Plaza. Gue
bergegas naik menuju bioskop. Nafas gue hanya tinggal setitik, wajah gue
memerah, baju gue basah, dan gue mau mati kehabisan oksigen.
Teman gue kaget ketika dia melihat gue waktu itu. Mereka
mengira gue pergi menggunakan Gojek.
“Lo bukannya naik Gojek tadi?” tanya teman gue,
penasaran.
“Gak, gak jadi. Aplikasinya error” kata gue,
berbohong.
Padahal gue yang error.
Gue sempat heran dengan situasi di sana. Di waktu
seperti ini, seharusnya film tersebut sudah mulai tayang dan kenapa mereka
belum masuk ke studio?
“Kok kalian belum masuk? Filmnya kan udah tayang” kata
gue, bingung.
“Gak, tiketnya untuk hari habis. Kami beli yang minggu
depan” kata teman gue.
Gue jalan kaki dari sekolah, mengeluarkan sekitar 12
liter keringat dengan titik darah penghabisan, nafas yang hampir habis, dan
wajah memerah hanya untuk pergi ke Lippo Plaza nonton dan ketika gue sampai
tiketnya habis, itu kampret banget, sih.
Di Lippo, kami beristirahat sekitar beberapa jam dan
kembali ke sekolah. Yang lebih parahnya, saat kembali ke sekolah, kami tidak
memiliki transportasi untuk kembali ke sekolah. Akhirnya kami berbagi
transportasi, 1 naik motor karena gak ada helm jadi gak bisa menumpang, 3 orang
naik taksi, dan gue beserta teman gue, Jovin kembali jalan kaki menuju sekolah.
Keren gak? Keren dan menyehatkan (Bego dan menyehatkan).
No comments:
Post a Comment