Tuesday, August 16, 2016

MOS



Dulu, kenaikan kelas menuju tingkat SMP merupakan hal yang membanggakan untuk gue karena akhirnya gue bisa masuk ke level yang lumayan tinggi. “SMP? Wah gila, gak nyangka banget gue akhirnya masuk SMP” pikir gue waktu itu.

Datang ke sekolah mengenakan pakaian putih biru beserta dasi dan lambang OSIS SMP yang nempel di dada gue, sampai-sampai gue pegang karena takut adanya pelecehan. Waktu itu gue masih tidak tahu sistem masuk SMP itu seperti apa. Paginya gue datang ke sekolah dengan memakai seragam baru dan bertemu teman-teman gue yang lain. Ada yang masih bertahan di sekolah yang sama dan ada juga sudah pindah sekolah. Gue melihat mereka mengenakan pakaian seragam yang baru dan kami saling memuji seragam kami.

“Oi, lo tahu gak? Seragam ini gue beli dari Jerman, loh” kata teman gue, pamer.

“Oi, lo tahu gak? Celana ini gue beli dari Swedia, loh” kata teman gue yang lain, pamer.

Gue berusaha untuk memamerkan sesuatu yang gue kenakan hari ini. Akhirnya gue berusaha membohongi teman gue kalau sepatu yang gue kenakan hari ini gue beli di Belanda. Dilihat dari mereknya, sepatu ini pasti jarang di temui di Indonesia. Sebelum gue mau pamer, tiba-tiba teman gue datang membicarakan sepatu gue.

“Har, itu merek Tomking, ya?” tanya teman gue.

“Iya, gue kembali beli di Be……”

“Sama kayak abang gue punya, dong. Kemarin beli di supermarket dekat rumah.” Gue berhenti melanjutkan. Niat gue buat pamer terhentikan dengan kalimat “Kemarin beli di supermarket dekat rumah.” Miskin pengetahuan banget gue.

Setelah ngumpul-ngumpul dengan teman gue yang lain, kami disuruh baris menuju lapangan. Upacara untuk menyambut murid-murid baru yang datang ke sekolah baru. Gue bertemu banyak teman-teman baru. Yang dari sok kenal, tiba-tiba kenal. Ada juga murid baru yang mendatangi gue dengan berkata,

“Eh, lo Hariyo kan?”

“Iya, kok lo tahu?”

“Yah lah, lo itu terkenal banget, tahu.”

Gue mulai kaget ketika gue dibilang terkenal.

“Emang terkenal akan apa?”

“Lo kan yang terkenal ngompol pas kelas 3 SD itu.”

Gue terdiam. Aib SD gue bisa sampai ke sekolah lain, GOSIP DARI MANA, SIH?

Saat upacara, tak lupa sekolah juga memberi penghargaan terhadap murid-murid yang juara kelas dan lain-lain. Selesai upacara, kami kembali menuju kelas masing-masing dan melihat kelas baru. Tiba-tiba datanglah beberapa senior kelas yang datang sambil membawa alat peraga. Dan setelah lihat lebih mendalam, ternyata ini untuk MOS. Artinya, gue akan jadi gembel besok.

Aturan paling utama saat MOS adalah harus mencukur rambut sampai gundul. Karena gue waktu itu (maaf) pendek, jadi tampang gue sangatlah memprihatinkan.
 
Foto sambil bawa sepeda, keren!






  Dulu memang gue jarang tersenyum ketika hendak berfoto. Sampai gue sadar ketika gue tersenyum saat berfoto dan melihat hasilnya gue tidak terlihat tersenyum.
Hari pertama MOS, gue mesti datang pagi. Yang lebih parahnya adalah gue harus mengenakan semua atribut tersebut dan jalan menuju sekolah seperti gembel. Jadi ketika gue jalan dari luar menuju sekolah, gue di lirik oleh warga setempat. Ada warga yang menjerit ke arah gue dengan berkata, “Dek, abang punya alamat Mahoni, mau gak?”.
Gue sempat membenci apa yang gue kenakan waktu itu. Kalung dari botol plastik, tas dari karung beras, dan mengenakan kertas karton yang bertuliskan kalimat-kalimat aneh serta memakai topi dari kardus pula. MOS berlangsung selama 3 hari, jadi gue akan menjadi gembel selama 3 hari ini.
Hari pertama MOS, hari perkenalan terhadap senior-senior. Ini adalah kejadian yang sering terjadi ketika MOS, yaitu Ketua OSIS nya cantik. Waktu itu tinggi gue cuma 154 cm, sedang tinggi Ketua OSIS tersebut berkisar 168 cm. Oke, gue mulai minder.

Tidak hanya itu, ketika MOS berlangsung, banyak banget hal-hal yang gue gak suka dari aturan-aturan yang dibuat. Seperti tas atau ransel yang dibuat dari karung beras harus sama seperti yang telah dibuat oleh para senior kelas. Cuma tas gue yang berbeda bentuk dengan yang lain waktu itu. Gue merasa, seseorang harus kreatif dan menjadi beda ketika membuat sesuatu. Itulah kenapa cuma tas gue yang paling beda. Namun ketika inspeksi, tas gue diambil dan disuruh buat yang baru. Gue kesal banget karena hal yang seharusnya benar bisa-bisanya dilarang.

Pernah waktu itu, ada salah satu kegiatan dimana semua murid yang mengikuti MOS melakukan games yang cukup menantang. Ketika itu, senior-senior berteriak, “Siapa yang mau maju paling depan?”. Gue menunjuk tangan gue dan berusaha membuat senior tersebut memilih gue. Tapi ketika senior tersebut melihat gue begitu bersemangat, gue malah diejek. “Maaf ya, dek, kamu cebol, gak sanggup.” Kata senior tersebut.

Ketika itulah gue mulai merasa diri gue begitu bodoh dalam melakukan sesuatu. Sesuatu yang ingin gue coba tapi selalu dihalangi karena kekurangan gue. 3 hari MOS pun berakhir. 3 hari itu juga membuat gue tidak begitu senang dalam kegiatan tersebut. Itulah kenapa gue menjadi seorang yang pendiam dan merasa keramaian adalah hal yang tidak menyenangkan. Kadang suhu tubuh gue bisa naik sendiri ketika gue pulang dari keramaian.

Hal itu juga bisa dibilang, itulah awal gue mulai dibenci oleh teman-teman gue. Oke ini kenapa jadi cerita sedih, tapi yasudahlah.

No comments:

Post a Comment