Di perpustakaan, gue tengah menyelesaikan cerpen
yang gue tulis dan diterbitkan oleh majalah. Agak gak penting, tapi gue cuma
iseng-iseng. Ketika sedang menulis, gue teringat beberapa kejadian yang menimpa
gue bersama abang gue. Waktu itu, Nyokap baru memiliki 2 orang anak, adik gue
belum lahir.
Gue bersama abang gue sering sekali bermain yang
menurut orang dewasa itu berbahaya. Kami pernah bermain mesin las, menjalankan
mobil, bahkan pernah berusaha masak sendiri padahal kami gak pernah masak.
Sejak itu, gue bersama abangku menuju belakang
rumah. Di rumah kami terbanyak banyak truk yang parkir dibelakang. Biasanya,
kami sering bermain dan memanjat truk tersebut sendirian tanpa ada pengamanan
dari orang tua. Waktu itu, gue masih cebol. Ada sebuah mobil pengangkut kayu
yang bagian belakang dari box nya bisa dibuka. Gue dan abang gue segera kesana
untuk mencoba membuka.
“Har, lihat gue buka pintunya” kata abang gue,
pamer.
Gue cuma bisa melihat abang gue mendemonstrasikan
apa yang ingin dia lakukan. Memang waktu itu, kami menganggap itu keren dan
gaul. Gue agak terpana ketika abang gue berhasil membukanya dan sempat tepuk
tangan. Namun kejadian tragis pun terjadi.
Ketika abang gue sedang membuka box nya, tiba-tiba
abang gue terjatuh menuju selokan karena dibelakang kami adalah sebuah selokan,
yang untungnya gak ada air. Tapi sialnya, abang gue terjatuh dan menjerit
kesakitan. Gue panik dab berlari ke rumah memberitahu Bokap gue.
“Pa pa pa” kata gue, panik.
“Ada apa teriak-teriak?”
“Itu abang”
“Abangmu kenapa?” tanya Bokap, bingung.
“Dia terjatuh ke paret, terus nangis.”
Bokap buru-buru menuju ke belakang rumah. Abang gue
masih menangis. Tubuhnya digendong Bokap. Gue yang masih cebol menarik-narik
celana Bokap dan berkata, “Pa, aku juga mau digendong.”
Karena takut terjadi sesuatu, abang gue dilarikan ke
rumah sakit. Saat dicek dan di rontgen, ternyata tangan kanannya patah.
Esoknya, abang gue dilarikan ke rumah sakit di Deli Tua, jauh sih. Selama
berhari-hari, abang gue dirawat inap di sana. Bokap dan Nyokap bergantian
menemani abang gue di rumah sakit. Sementara gue, cuma di rumah nunggu makanan
datang. Adik macam apa gue.
Beberapa dirawat, akhirnya tangan abang gue kembali
sembuh. Gue dimarahi oleh Bokap karena tidak menjaga abang gue dengan baik saat
itu. Memang, pintu box mobil tersebut sangat berat dan tidak dianjurkan untuk
dibuka oleh seorang anak kecil seperti kami. Padahal dari kejadian itu, abang
gue yang mengajak melakukan, gue yang dimarahi. Derita anak ke-2.
Kejadian berikutnya terjadi pada gue. Waktu itu,
adik gue yang paling kecil sudah lahir dan masih balita. Tren pun semakin lama
semakin populer, termasuk acara smackdown. Ya, acara yang dulu tayang di tv
ketika gue masih SD. Saat itu, gue
sedikit gengsi dengan ikutan tren karena saat itu menonton smackdown
adalah sesuatu yang keren, apalagi memperagakannya.
Malam hari gue menonton bersama Bokap dan abang gue.
Esoknya, banyak teman-teman gue memperagakan berbagai teknik smackdown sesuai
dengan tokoh-tokoh pegulatnya. Gue sendiri tidak mempraktikannya di sekolah,
tetapi di rumah.
Kamar tidur gue waktu itu masih bertingkat. Gue
tidur diatas dan abang gue dibawah. Di lantai terdapat matras. Gue sering
melompat dari atas tempat tidur gue menuju matras tersebut. Karena keseringan,
gue jadi kebiasaan. Hingga kecerobohan pun terjadi.
Gue memanjat-manjat kembali tempat tidur gue. Gue tidak memeriksa apakah dilantai
sudah terdapa matras atau tidak. Gue akhirnya memanjat dan melompat. Tanpa
sadar, saat gue melompat, dilantai tidak ada matras. Gue berteriak dan akhirnya
terjatuh. Kepala gue terjedot mengenai lantai. Gue menangis keras. Bokap dan
Nyokap datang menghampiri. Benjolan besar pun membekas di dahi gue.
Karena kejadian itu, gue terkena salah satu
pelemahan di otak kiri gue. Ceritanya bisa dibaca di blog gue sebelumnya, http://hariyowibowo.blogspot.co.id/2016/02/di-balik-kekurangan-pasti-ada-kelebihan.html .
Sekian, cerita yang gue tulis dalam kebosanan di perpustakaan ini.
No comments:
Post a Comment