Thursday, December 21, 2017

Keponakan

Keponakan
Malam-malam, gue rada-rada gak punya kerjaan. Terpikirkan sebuah kerjaan yang sudah gue biarin begitu lama. Akhirnya gue nulis, tetapi tidak tahu mau nulis apa. Akhirnya kepikiran kejadian saat gue di Pasuruan dan gue pun menulis ceritanya meskipun teramat begitu singkat.

Beberapa bulan yang lalu, saudara gue mengajak pergi barengan dengan anak dan istrinya pergi ke Pasuruan. Waktu itu gue baru saja pulang dari mall pada saat jam 10 malam. Sesampai dirumah, gue pun berangkat. Gue mikir, tengah malam gini ngapain juga ke Pasuruan. Menuju Pasuruan menempuh waktu sekitar 1 jam. Waktu itu sudah malam dan tidak macet jadi jalanan sangat lancar.

Dalam perjalanan, gue duduk bersebelahan dengan keponakan gue. Namanya dan satu lagi namanya Ronald dan rata-rata masih bocah. Dodo baru menginjak kelas 3 dan Ronald baru kelas satu. Jadi gue harap di usia yang masih sangat muda, mereka bisa di didik dengan moral yang baik. Jangan update status alay di Facebook.

Gue pun mencoba berkomunikasi dengan keponakan gue. Yah, seperti yang kalian tahu, mengadakan sesi Q&A dengan anak SD itu seperti menginterograsi anak-anak yang baru ngelem.

“Dodo, sekarang kelas berapa?” Tanya gue, pura-pura penasaran.

“Kelas 3 bego, itu aja masih di tanya” jawab Dodo, bercanda.

Lalu gue bertanya dengan Ronald yang masih begitu polos.

“Kalau Ronald sekarang kelas berapa?” Tanya gue, pura-pura penasaran lagi.

“Kelas 1 lah, masa Kelas B. Ihhh, jadi paman kok bego banget sih” jawab Ronald, bercanda.

Dialog di atas merupakan ciri-ciri keponakan yang tidak tahu diri. By the way, semua itu hanya 
karangan gue saja.

Gue pun terus menerus melakukan percakapan dengan mereka. Beberapa pertanyaan pun muncul dari mereka tentang gue.

“Paman, paman sudah punya pacar belum?” Tanya Dodo penasaran. Ketika gue ditanya soal begituan, dalam hati gue menangis.

“Belum, hahahaha” jawab gue sambil tertawa garing.

“Dasar Jomblo” kata Dodo dalam hati.

Saat perjalanan menuju Pasuruan, kami berhenti di sebuah rest area untuk mengisi angin ban mobil. Keponakan gue ngeyel minta untuk turun karena kebelet pipis. Akhirnya gue menemaninya. Sesaat di toilet, keponakan gue meminta gue untuk membantu membukakan celananya agar ia bisa segera pipis.

“Paman, bukain celana ku dong” kata Dodo. Ajakan itu terlihat seperti ajakan para kaum lelaki yang berjakun alias waria. Gue buka dan membiarkan dirinya pipis. Setelah selesai pipis, tiba-tiba si Dodo ngeyel lagi. “Paman, aku pengen berak.” Terus gue mau jawab “Yauda, sini paman tampung eeknya.” Setelah berak selesai, Dodo ngeyel kembali. “Paman, aku mau cebok.” Terus gue jawab “Yauda, sini paman garukin pantatnya.”

Setelah selesai, akhirnya kita melanjutkan perjalanan menuju Pasuruan. Selama perjalanan, gue hanya mengeluarkan handphone gue dan browsing untuk menghilangkan rasa bosan gue. Sedangkan keponakan gue sibuk dengan lagu baby shark nya. Dodo pun menghampiri gue.

“Wah, handphone paman sama yah kayak handphonenya papa.” Kata Dodo, memuji.

‘Gak ah, mana sama. Handphone paman lebih mahal dari handphone papamu.” Kata gue berusaha pamer tetapi tidak berkelas.

Handphone gue harganya 2 jutaan dan handphone saudara gue harganya 7 jutaan. Ini pertama kalinya gue bisa pamer di hadapan anak kecil. Meskipun tak berkelas, setidaknya bisa pamer. Setelah itu muncul teriakan, “Ihhh, paman miskin!”. Yah, terima kasih atas pujian menyakitkannya.

Sesampai di Pasuruan, gue kedinginan. Gue akhirnya mengeluarkan sweater yang gue bawa dari rumah. Lalu, saudara gue mengatain gue.

“Ngapain kamu pake sweater? Anak-anak aja gak pada pake. Jangan kalah sama anak kecil” kata saudara gue, mengejek.

Lalu keponakan gue memprovokasi.

“Ihhh, paman banci.”

“Ihh, paman cupu.”

Gue berpikir, nih anak di ajari sopan santun sama gurunya di sekolah gak sih? Akhirnya gue lepas sweater dan membiarkan diri gue menggigil. Sesampai disana, kami hanya menyantap kuliner-kuliner yang ada. Gue makan sate dan martabak. Sangat kurang kerjaan pergi ke tempat yang sangat jauh hanya untuk makan. Dan lebih kurang kerjaan lagi berangkatnya tengah malam.

Saat gue lagi makan, tiba-tiba Dodo memukul pundak gue.

“Paman, bagi hotspot dong.” kata Dodo, memohon.

Akhirnya gue buka hotspot gue dan membiarkan dirinya bermain. Tiba-tiba Dodo ngeyel.

“Kok gak bisa jalan internetnya?” Tanya Dodo, kebingungan.

Gue membuka handphone gue dan tiba-tiba muncul tulisan ‘Pelanggan yang terhormat, sisa kuota anda tinggal 0 KB, di harapkan melakukan pengisian ulang untuk bisa mengakses internet.’ Kebetulan Dodo membacanya lalu dia ngatain gue, “Dasar miskin.”

Seusai makan, kami kembali pulang. Perjalanan pulang di akhiri dengan tubuh yang lelah hingga akhirnya semua tertidur di mobil, kecuali saudara gue yang menyetir karena kalau dia tidur juga, yah inaillahi. Gue sampai di rumah pada waktu menujukkan pukul 1.30. Dengan lelah, gue berjalan menuju pintu rumah layaknya orang yang barusan mabuk alcohol. Ketika gue membuka pintu dan masuk, gue teringat masa kecil gue. Nostalgia yang panjang membuat diri gue teringat bahwa dulu gue sama seperti 2 keponakan gue sekarang.

Gue harap setelah dewasa, gue bisa ngatain mereka kembali. Tapi kayaknya aneh juga tua-tua ngatain anak alay.

Cerita di atas hanya gue tulis karena terlintas dalam isi kepala gue. Sedikit ngawur namun semoga menghibur.


No comments:

Post a Comment